Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengklaim, selama memimpin Solo dirinya berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi daerahnya hingga 6,25 persen dari sebelumnya hanya minus 1,74 persen.
Namun, di lini masa, banyak pihak yang meragukan kemampuan putra sulung Presiden Jokowi tersebut. Alasannya karena pembangunan infrastruktur kota Solo yang bersumber dari APBN pemerintah pusat, sejak dua tahun terakhir memang meningkat sangat pesat.
Pasalnya, entah kebetulan atau tidak, di era Gibran menjabat Wali Kota Solo dan ayahnya menjabat Presiden RI, banyak proyek pemerintah pusat digeber di Kota Surakarta. Kondisi menguntungkan yang belum tentu didapat di daerah lainnya di Tanah Air.
Terkait hal ini, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan belanja pemerintah pusat yang terbilang jor-joran di Kota Surakarta bisa mengarah pada indikasi nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan.
“Termasuk indikasi penyalahgunaan kekuasaan dan nepotisme karena ada preferensi khusus dari pembangunan dengan BUMN atau belanja pemerintah pusat masuk ke infrastruktur di daerah yang kepala daerahnya memiliki kedekatan hubungan keluarga,” ujar Bhima, Jumat (20/10/2023).
Menurut Bhima, prinsip pengelolaan APBN seharusnya menciptakan pemerataan pembangunan. Sehingga rasanya kurang elok apabila banyak hanya daerah tertentu saja yang mendapatkan keistimewaan.
Dana anggaran APBN dan BUMN belasan proyek infrastruktur besar di kampung halaman Presiden Jokowi tersebut tentunya bisa berimplikasi negatif, misalnya munculnya kecemburuan daerah lainnya.
“Bisa buat ketimpangan antara Solo dengan daerah Jawa Tengah lainnya,” kata Bhima.
Menurut analisanya, ketimpangan anggaran dari pusat untuk Solo dan daerah lainnya bisa dilihat dari kontribusi sektor konstruksi dalam menyumpang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Di mana sejatinya apabila dibedah, kontribusi uang APBN dari pemerintah pusat terhadap PDRB Kota Surakarta tersebut sangat signifikan.
“Dampaknya kan terjadi kenaikan kontribusi sektor konstruksi menjadi 26 persen terhadap PDRB Solo di 2022. Padahal besarnya kontribusi sektor konstruksi infrasturktur bukan berasal dari belanja pemerintah Solo,” ujar Bhima.
Ia menyoroti belanja dalam APBD Kota Surakarta yang hanya naik 0,96 persen, namun di sisi lain pembangunan infrastruktur fisik di kota yang luasnya hanya 44 kilometer persegi tersebut terbilang masif.
“Di tahun yang sama belanja pemerintah Solo cuma naik 0,96 persen year on year. Artinya uang untuk bangun infrastruktur berasal dari luar Solo, indikasi pakai banyak dana BUMN dan APBN pusat.
Sebagai informasi saja, pembangunan infrastruktur yang didanai APBN dan BUMN cukup banyak dilakukan di Kota Solo. Kondisi ini cukup kontras bila dibandingkan daerah tetangga di Solo Raya seperti Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan Wonogiri.
Beberapa proyek yang didanai pemerintah pusat dan BUMN antara lain pembangunan Rel Layang Simpang Joglo, revitalisasi Taman Balekambang, revitalisasi Pasar Jongke, dan revitalisasi Pasar Mebel Gilingan.
Kemudian proyek penataan Jalan Ngarsopuro-Gatot Subroto, renovasi Pura Mangkunegaran, revitalisasi Lokananta, revitalisasi Keraton Kasunanan, pembangunan PLTSa Putri Compo, perbaikan Jembatan Jurug, pembangunan Viaduk Gilingan.
Berikutnya pembangunan Rusun Putri Cempo, revitalisasi Pasar Legi, pembangunan ulang Rusunawa Semanggi, bantuan armada transportasi bus besar-besaran dan skema subsidinya, hingga renovasi Stadion Manahan.
Selain 16 proyek besar pemerintah pusat yang anggarannya berasal dari keroyokan dari berbagai instansi pusat, Kota Solo juga diguyur pembangunan yang didanai hibah swasta dan asing.
Beberapa proyek hibah tersebut antara lain pembangunan Masjid Sheikh Zayed, rencana pembangunan GOR Indoor Manahan, dan Islamic Center. Ketiga proyek ini dananya bersumber dari UEA.
Berikutnya adalah pembangunan Museum of Culture and Technology yang didanai konglomerat Tahir, dan pembangunan Solo Safari (dulu bernama Kebun Binatang Jurug) yang investornya Taman Safari Indonesia.
Kota Solo juga semakin menggeliat seiring selesainya pembangunan elektrifikasi jalur Yogya-Solo, PT KCI mengoperasikan KRL Yogya-Solo. Masyarakat Solo dapat menikmati perjalanan KRL menuju Yogyakarta mulai Februari 2021.
Selain menggerakan ekonomi penduduk sekitar, adanya rute KRL dari Yogyakarta menuju ke Solo membuka peluang pariwisata terbuka lebar, mengingat Solo bisa ikut kelimpahan wisatawan yang berlibur di Yogyakarta.
Sosok Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan sejak beberapa hari terakhir. Ia digadang-gadang menjadi Calon Wakil Presiden RI (Cawapres) berduet dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2024.