Akhirnya dugaan lokasi tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terungkap yaitu di sekitar perairan Brondong Lamongan. Hal itu diungkapkan oleh Arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho.
Kapal Van Der Wijck karam pada tahun 1936 lalu selama 85 tahun masih dalam pencarian. Dwi Nugroho mengungkapkan hal itu di Ruang Command Center Gedung Pemkab Lamongan. Namun, ia menyebut penemuan itu masih terus dikaji agar dapat ditemukan bukti konkretnya berdasarkan ilmu pengetahuan.
Ketika dilakukan survei di titik lokasi tenggelamnya kapal sejak Juni 2021, Dwi Nugroho mengatakan telah diketahui dari foto-foto dan video yang didapatkan, namun, perairan Lamongan cukup keruh, sehingga survei masih terus dilakukan pada Oktober ini.
“Memang ada kapal karam di titik yang kita duga kapal Van Der Wijck, dari foto-foto dan video yang kami dapatkan. Namun, masih terus proses, dan melakukan identifikasi perlahan-lahan. Jadi, kami terus cocokkan bagian-bagian dengan gambar dari Kapal Van Der Wijck,” ujar Wicaksono.
Tim arkeolog sendiri kata Wicaksono, juga mendapatkan informasi mulai dari pernyataan masyarakat dan nelayan, serta keberadaan monumen tugu peringatan.
Saat ini BPCB masuk pada tahapan identifikasi, apakah kapal karam yang ditemukan itu merupakan bangkai Kapal Van Der Wijck yang telah dikonfirmasi nelayan setempat.
“Identifikasi terus dilakukan guna pembuktian lebih konkret, dan untuk tercapainya tujuan tersebut, perlu terus dilakukan eksplorasi. Sebab, ada banyak properti,” jelasnya.
Sementara masyarakat setempat juga tidak ada yang berani menjarah, karena dianggap keramat. “Kami berharap, jika ke depan bisa terus dieksplorasi, diangkat dan atas izin Bupati Lamongan, bisa dijadikan museum,” jelasnya.
Wicaksono mencatat beberapa barang berharga temuan di lokasi peninggalan bisa dijadikan cerita mengenai apa yang terjadi di tahun 1936. “Itu bagian dari sejarah yang daerah lain tidak punya,” ujar Wicaksono, saat memaparkan di hadapan Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi.
Sementara itu, Letkol Laut (T) Bagus Arianto dari Koarmada II Jatim, pada kesempatan yang sama menyampaikan pesan Panglima Koarmada II Jatim, yang bersedia terlibat dalam kegiatan pencarian Kapal Van Der Wijck di perairan Lamongan.
Menurutnya, jika benar bangkai kapal karam tersebut adalah Kapal Van Der Wijck, ini dapat menjadi salah satu ikon dunia yang wajib dijaga
“Berdasar foto ini apakah karakteristik tangga bisa dipastikan milik Kapal Van Der Wijck?, Penempatan tangga ini sesuai fungsi apakah kapal untuk perang atau untuk mengangkut penumpang. Baling-balingnya juga demikian,” ujarnya.
Ia mengatakan beberapa temuan seperti bentuk baling-baling harus dicocokkan dengan literatur kapal, model dan produksi tahun berapa.
“Terkait gambaran pengangkatan kapal, pengalaman saya butuh biaya yang sangat besar, untuk kapal sebesar Van Der Wijck,” ungkap Letkol Bagus.
Kapal Van Der Wijck merupakan kapal mewah di tahun 1921 yang tenggelam pada tahun 1936 di Laut Jawa.
Kapal itu dinamai Van Der Wijck, karena sesuai nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda Carel Herman Aart van der Wijck, dan melatarbelakangi penulisan novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck oleh Hamka, yang kemudian diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2013.