Resesi ekonomi global kian nyata, hal itu ditandai anjloknya pendapatan Google dan Microsoft. Angka penjualan pada raksasa teknologi Alphabet dan Microsoft tersebut mengalami penurunan yang cukup tajam.
Para konsumen dan bisnis di seluruh dunia mulai kembali melakukan efisiensi karena harga dan suku bunga naik. Dolar AS yang kuat juga merugikan perusahaan multinasional Amerika, membuat mereka terpaksa menjual produk dengan harga lebih mahal ke luar negeri.
Dikutip dari BBC, Rabu (25/10/2022), perusahaan induk Google dan YouTube, Alphabet mengatakan, penjualannya naik hanya 6% menjadi US$ 69 miliar atau setara Rp 1.008 triliun dalam tiga bulan terakhir hingga September 2022 (kurs Rp 15.600).
Perlambatan ini terjadi karena perusahaan memangkas anggaran iklan mereka. Dengan demikian, hal ini menandai pertumbuhan kuartalan terlemah dari perusahaan AS dalam hampir satu dekade di luar awal pandemi Covid-19.
Perolehan laba Alphabet pun turun hampir 30% menjadi US$ 13,9 miliar atau setara Rp 216,84 triliun pada kuartal tersebut. Hal ini disebabkan pendapatan iklan YouTube menurun untuk pertama kalinya sejak perusahaan mulai melaporkannya secara publik.
Pertumbuhan penjualan di perusahaan itu telah melambat selama lima kuartal berturut-turut. Bos Google, Sundar Pichai mengatakan, Alphabet sedang mempertajam fokusnya dan menjadi lebih responsif terhadap lingkungan ekonomi.
Di sisi lain, analis utama di Insider Intelligence Evelyn Mitchell mencatat, situs web inti Google di masa lalu lebih tahan terhadap penurunan belanja iklan daripada situs media sosial seperti Facebook atau Snap.
“Ketika Google tersandung, itu pertanda buruk bagi periklanan digital pada umumnya,” ujar Mitchell.
“Kuartal yang mengecewakan bagi Google ini menandakan masa-masa sulit di masa depan jika kondisi pasar terus memburuk,” imbuhnya.
Sementara itu, Microsoft juga melaporkan terjadi penurunan permintaan produk komputer dan teknologi lainnya. Penjualannya naik hanya 11% menjadi US$ 50,1 miliar atau setara Rp 781,56 triliun, menandai pertumbuhan pendapatan paling lambat dalam lima tahun terakhir.
Microsoft memperkirakan, permintaan untuk PC dan teknologi komputasi awan akan terus turun tahun ini karena pelanggan bisnis berkurang. Penjualan dalam bisnis video game Xbox juga merosot.
Perusahaan-perusahaan teknologi besar telah mengalami lonjakan penjualan saat pandemi. Lockdown yang dialami para konsumen dan pekerja membuat mereka lebih mengandalkan teknologi. Tetapi nasib sektor ini terlihat lebih suram pada saat ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, Alphabet mengatakan pihaknya memperlambat perekrutan, sementara Microsoft telah memangkas pekerjanya. Saham kedua perusahaan itu pun turun tajam dalam perdagangan setelah jam kerja pada hari Selasa kemarin.
Banyak perusahaan teknologi lain yang juga telah memutuskan untuk memberhentikan staf, termasuk Netflix dan Twitter, atau memperlambat laju perekrutan, seperti platform media sosial Snap.