Pendeta Saifuddin Ibrahim yang sebelumnya pernah terjerat kasus penistaan agama kini kembali membuat heboh publik dengan meminta Kementerian Agama (Kemenag) menghapus 300 ayat Al-Quran.
Pendeta Saifuddin Ibrahim kini diburu polisi. Dari hasil penyelidikan, Saifuddin Ibrahim diketahui berada di Amerika Serikat. Untuk menangkap Saifuddin Ibrahim, Mabes Polri telah berkoordinasi dengan Federal Bureau of Investigation (FBI).
Pengejaran langsung dilakukan setelah Menko Polhukam Mahfud MD meminta polisi menangkap pendeta tersebut.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan polisi sudah mengetahui keberadaan Saifuddin Ibrahim.
“Saudara Saifuddin Ibrahim saat ini berada di Amerika Serikat, Polri dalam hal ini penyidik Bareskrim berkoordinasi dengan FBI, Kementerian Luar Negeri dan Ditjen Imigrasi Kemenkumham. Koordinasi dilakukan dengan legal attache FBI. Saat ini sedang on progress,” ujar Dedi di Jakarta, Jumat (18/3/2022).
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD sebelumnya meminta aparat kepolisian menangkap pendeta Saifuddin Ibrahim yang menyarankan agar 300 ayat Al-Quran dihapus.
Mahfud menilai, pernyataan Saifuddin Ibrahim membuat gaduh antar umat beragama.
“Waduh itu bikin gaduh itu, oleh sebab itu saya, itu bikin banyak orang marah. Oleh sebab itu, saya minta kepolisian segera menyelidiki itu,” ujar Mahfud, Rabu 16 Maret 2022.
Selain meminta polisi menangkapnya, Mahfud juga meminta agar chanel YouTubenya ditutup. “Jadi itu meresahkan dan provokasi untuk mengadu domba antarumat,” imbuhnya.
Mahfud juga menjelaskan bahwa ancaman hukuman bagi penodaan agama itu berat. Sebagaimana diatur dalam UU No 5 Tahun 1969.
“Saya ingatkan UU no 5/1969 yang diperbarui dari UU PNPS no 1/1965 yang dibuat Bung Karno tentang penodaan agama itu mengancam hukuman tidak main-main, lebih dari 5 tahun hukumannya.”
“Yaitu barang siapa yang membuat penafsiran atau memprovokasi dengan penafsiran suatu agama yang keluar dari penafsiran pokoknya,” ujarnya.
Mahfud mengatakan, ajaran pokok dalam Islam itu Al-Qur’an. Ayatnya sebanyak 6.666 tidak boleh dikurangi. Menurutnya, mengurangi ayat Al-Qur’an sama dengan melakukan penistaan terhadap Islam.
“300 misalnya itu berarti penistaan terhadap Islam. Apalagi mengatakan konon bahwa Nabi Muhammad itu bermimpi bertemu Allah dan sebagainya itu menyimpang dari ajaran pokok,” ucapnya.
Mahfud menegaskan negara menjamin kebebasan berpendapat. Tetapi yang tidak membuat gaduh, apalagi berpendapat dengan melecehkan agama lain.
“Bung Karno membuat PPNS No 1/65 yang mengancam siapa yang menodai agama jangan dihajar oleh masyarakat tetapi dibawa ke pengadilan. Ini kan masyarakat sekarang sudah mulai berfikir ini orang siapa ini, jangan, itu bawa ke pengadilan,” ujarnya.
Ade Armando Bereaksi
Ade Armando turut mengomentari terkait viralnya Pendeta Saifudin Ibrahim yang minta Menag hapus 300 ayat Al-Qur’an. Dia menyebut bahwa Pendeta Saifudin Ibrahim sama sekali tidak bermanfaat.
Ade Armando kemudian menjelaskan bahwa pernyataan Pendeta Saifuddin Ibrahim tidak didasari oleh akal sehat, dan pernyataan Saifuddin Ibrahim juga menurutnya adalah upaya memecah belah bangsa Indonesia.
“Pendeta Saifuddin Ibrahim memang dikenal sering menghina islam, ia bahkan pernah dipenjara pada 2017 karena kasus penghinaan terhadap nabi Muhammad,” ujar Ade Armando melalui channel Youtube Cokro TV pada Rabu, 16 Maret 2022.
“Usianya sekarang sekitar 57 tahun, dia alumni dari Fakultas Ushuluddin, Universitas Muhammadiyah Surakarta,” imbuhnya.
Ade Armando juga menjelaskan bahwa selama ini Pendeta Saifudin Ibrahim tidak tinggal di Indonesia, melainkan di Amerika Serikat.
“Saifuddin nampaknya sekarang tidak menetap di Indonesia, dia ada di Amerika Serikat, maka dari itulah barangkali ia berani bicara sembarangan,” jelasnya.
“Terus terang orang semacam Saifuddin ini sama sekali tidak bermanfaat!,” tambahnya.
“Kalau kita ingin mengkritik (pandangan kelompok agama), kritik kita seharusnya didasarkan dengan akals sehat,” ujar Ade Armando melanjutkan. Dia sendiri (saifuddin Ibrahim) juga berpikiran sempit dan bodoh, dia tidak menggunakan akal sehat,” jelasnya.
Pengakuan Anak Sang Pendeta
Anak kedua Pendeta Saifuddin Ibrahim, Saddam Husein, bercerita moment saat dirinya pertama kali melihat ayahnya pindah agama menjadi murtad. Saat itu tahun 2006 dan Saddam Husein masih duduk di kelas 6 SD.
Sebuah video yang dirilis oleh Dawa Video pada 8 Januari 2015 pada Youtube, mendokumentasikan perasaan Saddam Husein ketika tahu ayahnya keluar dari Islam.
Padahal, Saddam Husein juga tahu bahwa sebelum murtad ayahnya pernah menjadi seorag ustadz. Ayahnya merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta, lalu menjadi pengurus Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu.
Dalam video tersebut, Saddam Husein, putera kedua dari Saifuddin juga menceritakan bahwa kemurtadan ayahnya tidak secara langsung diketahui kedua saudaranya dan ibunya.
Saddam Husein merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, hasil pernikahan Saifuddin Ibrahim denga Nurhayati.
Saddam Husen bercerita, ayahnya merasakan kekecewaan berat terhadap Pondok Pesantren Al-Zaytun. Keluarganya kemudian diboyong keluar dari Al-Zaytun Indramayu, meski tak langsung tinggal serumah dengan semua keluarganya.
Pada masa itulah, Saddam satu-satunya anak yang dibawa ke Jakarta oleh Saifuddin Ibrahim dan kemudian mengetahui kemurtadan ayahnya.
Kata Saddam Husein, ayahnya mengunjungi beberapa “teman” Saifuddin, yang belakangan diketahui di antaranya pemimpin Ziokindo (Zionis Kristen Indonesia) yakni Edi Sapto.
Di saat kunjungan tersebut, didapati oleh Saddam Husein bahwa Saifuddin telah berdoa layaknya seorang Kristiani, begitu khusyuk, dan mengimani Yesus sebagai juru selamat.
Merasa terpukul dengan kemurtadan Saifuddin, Saddam yang masih kelas 6 SD ketika itu (2006) tak dapat menghentikan air matanya.
Saddam Husein tak habis pikir, ayahnya yang seorang ustadz dapat begitu mudah menjadi kafir.
Setibanya di rumah, Saddam tak mampu mengutarakan langsung apa yang ia ketahui tentang ayahnya kepada Ibu dan kedua saudaranya, karena tinggal di tempat yang berbeda.
Namun, tak lama kemudian Saifuddin memboyong semua keluarganya ke Jakarta dan mulai mendakwahkan Injil kepada dua saudaranya yang lain, yakni Reza Fikri (anak pertama) dan Muammar Khadafi (anak ketiga).
Muammar yang masih polos ketika itu menganggap ayahnya masih seorang ustadz yang sedang mengajarkan tentang apa itu agama Kristen, maka tidak ada yang curiga, termasuk isteri Saifuddin, Nurhayati.
Mereka diberikan masing-masing sebuah Al-kitab dan diawali dengan memahamkan tugas orang tua dalam Amsal, kemudian disusul dengan Mathius.
Mulanya semua berjalan seperti sebuah ta’lim biasa. Namun Saddam Husen tak dapat menahan perasaannya melihat upaya pemurtadan terjadi di rumahnya.
Saddam Husein akhirnya membongkar kemurtadan Saefuddin kepada ibu dan kedua saudaranya. Seketika itu mereka menjadi sedih, terutama sang istri Nurhayati.
Bahkan, dengan memanfaatkan posisinya sebagai imam rumahtangga, Saefuddin membaptis isterinya. Istrinya tak mampu melawan, walaupun di dalam hati Nurhayati menolak sejadi-jadinya.
Seiring semakin kerasnya upaya pendeta Saifuddin Ibrahim dalam mengkristenkan keluarganya, Nurhayati berupaya menyelamatkan putra-putranya.
Nurhayati kabur membawa ketiga putranya ke Jepara, menghindari pemurtadan yang dilakukan suaminya sendiri.
Nurhayati kembali kepada Allah SWT. Dan ketiga anak dari pendeta Saifuddin Ibrahim kini masih menjadi Muslim, dan mereka meminta ayahnya untuk kembali ke Islam.
Istri Sekarang Juga Seorang Murtad
Sosok Pendeta Saifuddin Ibrahim kini ramai diperbicangkan publik. VIdeo Saifudin Ibrahim yang meminta Menteri Agama menghapus 300 ayat Al-qur’an cukup membuat penasaran publik.
Tentang sosok Pendeta Saifuddin Ibrahim yang pindah agama dari Islam ke Kristen 2006 lalu, benar-benar telah membuat geger jagat maya.
Siapa sangka, Pendeta Saifudin Ibrahim yang setelah murtad namanya berganti jadi Abraham Ben Moses ini memiliki istri dan 3 anak perempuan yang masih kecil.
Siapakah istri Pendeta Saifuddin Ibrahim alias Abraham Ben Moses?
Sara Ayu Ibrahim, adalah nama istri dari Pendeta Saifudin Ibrahim yang kini sedang viral itu.
Dilihat dari akun Facebooknya, Sara Ayu Ibrahim merupakan seorang motivator yang berasal dari Bangka Belitung dan pindah dari Islam ke Kristen pada tahun 2013
Di Facebooknya, Ibu tiga orang anak ini selalu mengunggah kutipan ayat-ayat Injil atau kata-kata bijak untuk dibagikan ke teman-temannya.
Sara Ayu Ibrahim yang memiliki nama asli Ayu Agustina sudah menerbitkan beberapa buku reliji bersama suaminya Pendeta Saifuddin Ibrahim.
Sara Ayu Ibrahim terlihat seringkali menyertai Pendeta Saifuddin Ibrahim dalam setiap kajian dan seminar. Sudah sering juga Sara Ayu Ibrahim mengisi beberapa kanal YouTube sebagai narasumber. Sara Ayu Ibrahim juga memiliki julukan nama panggilan Bunda Goldameir.
Demikian sekilas tentang Sara Ayu Ibrahim, istri dari Pendeta Saifudin Ibrahim yang kini viral dan pernah dipenjara beberapa tahun lalu.