Video seorang ibu hamil yang sudah pecah ketuban tetapi tak boleh dirujuk ke rumah sakit oleh mertuanya viral di media sosial. Peristiwa itu disebut terjadi di daerah Lebak, Banten.
Dalam video Terlihat seorang ibu hamil berada di atas tempat tidur di sebuah klinik dalam kondisi pecah ketuban. Lalu tenaga medis menyarankan agar pasien segera dirujuk ke rumah sakit. Namun, mertuanya melarang. Suami ibu tersebut juga hanya diam saja.
“Ada pasien datang ke klinik tanggal 12-6-2023 jam 05.00, bidan melakukan pemeriksaan semuanya normal, tetapi sudah pecah Ketuban dari tanggal 11-6-2023 jam 4 sore,” tulis keterangan akun @laelatulbadriah17, dikutip dari kumparan pada 19 Juni.
Bidan di klinik terus membujuk keluarga pasien agar mau dirujuk ke rumah sakit agar bisa dilakukan operasi caesar. Namun mertua pasien tetap berkukuh melarang ibu hamil itu dirujuk ke RS.
“Ini masih segar (kondisi pasien) Bu, pihaknya kita enggak mau (dirujuk ke rumah sakit), kita nggak akan mendengar,” kata ibu mertua seperti dalam video yang beredar.
Meski dibujuk berulang kali dan diberikan informasi soal bahaya yang mengancam ibu dan bayinya jika sudah pecah ketuban, keluarga pasien tetap tak mau dirujuk.
“Maksa-maksa amat nolongin, Teh. Biarin aja. bagaimana kami aja. Anak-anak saya, maksa-maksa banget mau nolong. Kalau mau nolong ke orang, yang mau, yang ridho,” ucap mertua.
Tanggapan Kepala Puskesmas
Dikonfirmasi terkait video ini, Kepala Puskesmas Leuwidamar Dede Herdiansyah membenarkan. Dia menyebut peristiwa itu terjadi di wilayah Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
“Iya (benar), kejadiannya seminggu yang lalu (Senin 12 Juni 2023),” kata Dede melalui sambungan telepon kepada kumparan, Senin (19/6).
Menurut Dede, pihaknya sudah mencoba memberikan pengertian kepada pihak keluarga agar pasien ibu hamil itu dirujuk ke rumah sakit lantaran saat menjalani pemeriksaan diketahui air pecah ketuban sehingga bisa membahayakan kondisi si bayi.
“Kita saranin untuk dirujuk, kan kalau sudah pecah kita khawatir bisa terancam bayinya karena keracunan air ketuban,” ungkap Dede.
Menurut Dede, pihak keluarga dari suami menolak dan memilih untuk pulang ke rumah. Bahkan, kata Dede, pihaknya terpaksa meminta bantuan camat dan Polsek Leuwidamar untuk membantu memberikan pengertian kepada pihak keluarga agar mengizinkan ibu hamil itu dirujuk demi keselamatan si ibu dan bayinya.
“Sampai sore mereka kekeh pengin pulang aja, nggak mau dirujuk, akhirnya kita pulangkan. Sampai di rumahnya pun, kami komunikasi dengan Pak Camat dan Pak Kapolsek untuk membantu membujuk di rumahnya, tapi tetap nggak mau dengan alasan yang nggak jelas,” terang Dede.
Hingga malam hari pun, pihak keluarga tetap tidak mau merujuk pasien ke RS. Keluarga mengatakan akan mengusahakan pasien lahiran normal di rumah.
Namun karena tak kunjung lahir, keluarga akhirnya merujuk ibu hamil itu ke rumah sakit di pagi harinya.
“Tapi tadi itu sudah terlambat, bayinya lahir di rumah sakit, tapi meninggal dunia. Kalau ibunya alhamdulillah selamat,” ucapnya.
Diungkapkan Dede, meski kejadian pasien enggan dirujuk ke rumah sakit bukanlah kali pertama terjadi, tapi sepanjang dia menjabat sebagai Kepala Puskesmas Leuwidamar, yang benar-benar sampai menolak dirujuk baru kali pertama terjadi.
“Sering terjadi (pasien menolak dirujuk ke rumah sakit), tapi kebanyakan itu setelah dibujuk ya mereka mau dirujuk, cuma yang benar-benar nolak itu baru kali ini,” jelasnya.