Titimangsa kembali menampilkan produksi ke-53 di atas panggung setelah sempat tertunda selama 2 tahun, membuat beragam kegiatan seperti panggung seni pertunjukan terhenti.
Happy Salma kembali memerankan sosok Inggit Garnasih pada pentas monolog yang dihadirkan secara berbeda, dalam bentuk teater musikal produksi Titimangsa
Pementasan Titimangsa ini yang terinspirasi dari roman Kuantar Ke Gerbang karya Ramadhan KH, berlangsung pada Jumat dan Sabtu, 20 dan 21 Mei 2022, pukul 20.00 WIB di Ciputra Artpreneur Theatre, Kuningan, Jakarta.
Pentas ini merupakan persembahan Titimangsa bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation dan Sleepbuddy.
“Inggit adalah sosok penting dan saksi berbagai peristiwa masa perjuangan yang dilalui oleh para tokoh pendiri bangsa ini. Inggit adalah sebuah spirit tentang kejujuran dan cerminan kedalaman perasaan seorang perempuan. Ini adalah sebuah fase yang tidak pernah dibicarakan dalam narasi sejarah besar, kisah yang ada di wilayah domestik para pendiri bangsa ini.”kata Happy Salma selaku produser dan pemeran Inggit Garnasih.
“Sebagai seorang produser dan aktor, saya memerlukan konsentrasi dan stamina lebih untuk memainkan dua peran ini. Beruntung, proses produksi dan dialog-dialog dengan segenap tim kerja terjadi dengan sangat baik. Mereka adalah para seniman mumpuni dengan reputasi terpujikan di bidangnya masing-masing yang mencurahkan energi terbaiknya untuk mewujudkan pertunjukan ini.”tambahnya.
Inggit Garnasih adalah istri kedua dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Selama 20 tahun pernikahan, Inggit telah setia mengantar Soekarno lulus dari sekolahnya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), mendukung ekonomi keluarga saat Soekarno memulai pergerakan awalnya dalam berorganisasi, menghidupi Soekarno dengan berjualan jamu, alat-alat rumah tangga dan pertanian, merawat semangatnya saat Soekarno ditahan di penjara Sukamiskin, mendampinginya dalam pengasingannya di Ende dan Bengkulu. Ketika Bung Karno akhirnya akan sampai di gerbang Istana menjelang kemerdekaan bangsa yang didamba, Inggit mengemas barang-barang dan kenangan dalam koper tuanya dan kembali ke Bandung. Inggit memilih mempertahankan martabatnya sebagai perempuan dan menolak dimadu ketika Soekarno menyatakan ingin menikah lagi. Meski Inggit dijanjikan menjadi istri utama, Inggit memilih mengatakan tidak kepada Bapak pendiri bangsa ini.
“Penulisan naskah monolog Inggit dimulai sejak 2017, setelah berbincang bersama Kang Wawan Sofwan dan Happy Salma. Terinspirasi dari roman Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH, saya ingin menghadirkan kembali kisah Inggit yang layak dikenang serta diteladani. Saya berupaya menghadirkan petikan-petikan peristiwa dalam kehidupan Inggit selama mendampingi Soekarno, dimulai dari sejengkal jarak yang mendekatkan, diakhiri pula dengan sejengkal jarak yang menjauhkan. Namun Inggit tetap tegak setelah dihantam ombak.”ujar Ratna Ayu Budhiarti, penulis naskah monolog Inggit.
Keputusan untuk menghadirkan kembali pementasan ini dalam bentuk teater musikal merupakan ide dari Wawan Sofwan selaku Sutradara pertunjukan.
”Awalnya ketika Happy Salma mengabari saya bahwa ia ingin memerankan lagi tokoh Inggit Ganarsih, saya memberikan tawaran bagaimana jika monolog ini dihadirkan dalam bentuk musikal? Sebab musikal juga berkaitan dengan tradisi Sunda, di mana nyanyian adalah bentuk curahan perasaan. Saya berpikir akan lebih kuat apabila ungkapan-ungkapan kegelisahan tokoh Inggit dihadirkan dalam bentuk nyanyian. Tokoh Inggit hadir sebagai seorang perempuan yang memilih mengingat sesuatu yang baik meski ia dilanda kesedihan mendalam,” ujarnya.
Sebelumnya, Titimangsa sempat mementaskan Monolog Inggit sebanyak 13 kali pada periode tahun 2011-2014 di Jakarta dan Bandung. Pada pementasan kali ini, Titimangsa kembali menghadirkan ‘Monolog Inggit’ yang berbeda dari sebelumnya dengan didukung oleh orang-orang yang mumpuni dan berdedikasi di bidangnya yaitu Happy Salma (Pemain & Produser), Marsha Timothy (Ko-produser), Wawan Sofwan (Sutradara), Ratna Ayu Budhiarti (Penulis Naskah). Pementasan ini semakin berwarna dengan arahan musikal dari Dian HP (Komposer), Avip Priatna (Konduktor), yang diiringi lantunan musik Jakarta Concert Orchestra dan suara merdu dari Batavia Madrigal Singers.
“Saya memandang naskah monolog Inggit ini sangat personal, seperti isi hati yang dituangkan ke dalam buku harian. Jadi komposisi musik saya juga bergerak mengikuti ekspresi personal Inggit dan melalui paduan suara menjadi representasi suara pikiran Inggit. Saya juga berusaha untuk membangkitkan kembali ‘rasa dan getar Inggit’ untuk menyelesaikan komposisi yang sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi,” ujar Dian HP, komposer untuk pementasan teater musikal Inggit Garnasih ini.
“Saya menyambut baik ketika pertama kali Titimangsa mengajak saya untuk terlibat dalam proses penggarapan monolog ini. Dengan harapan, dapat memberikan kekuatan yang lebih dari monolog itu sendiri, sehingga monolog ini bisa lebih ‘bernyawa’. Dalam proses, saya berdiskusi dengan banyak pihak, tentunya diawali dengan latihan bersama solis yaitu Happy Salma. Kami berusaha bersama-bersama menggali berbagai kemungkinan agar tidak sekadar menyanyikan nada, tetapi lebih menggali kemungkinan-kemungkinan lain dalam berekspresi dengan menjiwai makna kata-kata yang lebih dalam. Begitu halnya proses dan dialog saya dengan paduan suara. Sebagai konduktor, saya berusaha untuk menyampaikan keindahan musik karya Dian HP dalam pertunjukan ini. Musik indah yang tidak sekadar indah, tapi ekspresif dan dalam. Hal ini yang ingin kami persembahkan kepada penonton.”kata Avip Priatna selaku Konduktor dan pimpinan Jakarta Concert Orchestra
Pementasan ini juga dilengkapi dengan kehadiran Ati Sriati (Pemeran Pendukung- Ibu Amsi), Jessica Januar (Pemeran Pendukung- Ratna Djuami), Desak Putu Pandara Btari Patavika (Pemeran Pendukung – Kartika). Seluruh pemain tampil mengesankan di atas panggung dengan arahan Iskandar Loedin (Pimpinan Artistik dan Skenografer), dan balutan busana dari Biyan dan Tenun Baron (Busana), dan dukungan Hagai Pakan (Penata Busana), Rudy Dodo (Konsultan Desain Interior), Bayu Wardhana (Pelukis), Agus Noor (Kurator Pameran Lukisan).
”Pementasan monolog Happy Salma dalam teater musikal Inggit Garnasih ini dihadirkan untuk melepas kerinduan para penikmat seni yang menantikan untuk menyaksikan pertunjukan secara langsung. Selain itu, pementasan ini juga menghadirkan rasa dan energi baru dengan berkolaborasi bersama musik orkestra dari Jakarta Concert Orchestra juga para penyanyi dan paduan suara dari Batavia Madrigal Singers. Pementasan ini menjadi jawaban untuk keinginan para pekerja seni yang sudah lama ingin menyalurkan ide dan ekspresi kecintaan mereka di atas panggung yang vakum sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.”kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation