Waspada! Kasus Raja Singa Tertinggi di Indonesia Ada di 6 Daerah Ini

- Advertisement -
Kasus raja singa atau dikenalnya juga dengan penyakit kini meningkat hingga 70 persen di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Pada 2016, penderita kasus raja singa ada sekitar 12 ribu orang dan pada 2022 menjadi 21 ribu kasus. Data tersebut dikeluarkan Kementerian Kesehatan belum lama ini.

Kasus-kasus tersebut menyebar di sejumlah daerah yang masuk dalam kategori tertinggi.

Daerah dengan penemuan pasien sifilis terbanyak berada di Provinsi Papua sebanyak 3.864 pasien, disusul Jawa Barat (3.186 pasien), DKI Jakarta (1.897 pasien), Papua Barat (1.816 pasien), Bali (1.300 pasien) dan Banten (1.145 pasien).

Sedangkan untuk provinsi dengan jumlah pasien yang paling banyak dites sifilis berada di Jawa Barat 305.816 jiwa, Jawa Timur (273.479 jiwa), Jawa Tengah (167.303 jiwa), DKI Jakarta (71.037 jiwa), dan Banten (63.451 jiwa).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengungkapkan, di antara penyebab peningkatan kasus sifilis karena adanya perilaku seks berisiko yang dilakukan orang tua, misalnya melalui seks oral atau seks anal. Perilaku seks yang berisiko itu kemudian membuka potensi ibu menularkan sifilis kepada anaknya.

Bahkan persentase terjadinya abortus, bayi lahir mati atau bayi mengalami sifilis kongenital akibat penularan mencapai 69 hingga 80 persen.

Perilaku seks yang berisiko ini sangat mungkin untuk mencederai hak anak dan mengancam kelangsungan hidupnya karena bisa menimbulkan kecacatan.

Dia menjelaskan, sifilis disebabkan oleh sebuah bakteri jenis Treponema Pallidum, yang biasanya menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun mulut. Hubungan seks yang berisiko hanya akan memperlebar potensi penularan karena dilakukan tanpa menggunakan kondom.

Risiko tertular sifilis akan semakin besar bila seseorang terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) yang menyebar dengan cepat melalui jaringan seksual dengan banyaknya pasangan seksual (gonta-ganti pasangan).

Dalam kasus ini biasanya berupa pekerja seks (PS) yang menularkan infeksi ke pelanggannya atau pasangannya. ‘Kelompok jembatan’ laki-laki juga mampu menularkan IMS ke pasangan seksual mereka yang lain.

“Penularan penyakit sifilis dapat dipicu oleh aktivitas seksual yang menyimpang yang dilakukan oleh penderitanya. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko tertular sifilis, tetapi hanya jika kondom menutupi luka sifilis,” ujar Imran.

Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menghindari konsumsi narkoba. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan lain yang tidak sesuai dengan anjuran dokter dikhawatirkan mendorong seseorang untuk mempraktikan hubungan seksual yang tidak aman.

Bila sudah melakukan skrining dan terbukti positif sifilis, pasien diminta segera memberi tahu pasangan masing-masing. Dengan begitu, pasangan dapat melakukan tes untuk mendeteksi penularan sehingga bisa mendapatkan pengobatan lebih awal.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, daerahnya menjadi penyumbang kasus sifilis tertinggi ke enam di Indonesia dengan 1.145 kasus. Menurut dia, gencarnya screening dan deteksi dini yang dilakukan menjadi penyebab meningkatnya sifilis.

“Secara program lebih bagus karena semakin banyak yang ditemukan maka langsung dilakukan pengobatan sifilis sehingga tidak menularkan ke orang lain,” ujar Ati, Senin (29/5).

Dari jumlah tersebut, 95 persen penderita di antaranya sudah mendapat penanganan dan pengobatan oleh Dinkes Banten. Kasus sifilis yang ditemukan didominasi oleh penderita dalam kategori sifilis primer atau dini.

“Jadi dengan pengobatan lebih awal diharapkan tidak menjadi siflis lanjut,” pungkasnya.

spot_img

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA