Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM) dilewakan di Ladang Tari Nan Jombang, Rabu (2/6/2021) malam. Sekaligus juga dilakukan Launching dua buku dari tokoh Minangkabau, yaitu Irman Gusman dan Arnis Saleh.
Buku yang ditulis oleh Ketua Badan Pembina YPKM, Irman Gusman, berjudul Menyibak Kebenaran Drama Hukum Jejak Langkah & Gagasan dan buku Saudagar Emas Minangkabau oleh Arnis Saleh.
Irman Gusman menyampaikan Orasi Kebudayaan yang berjudul Merayakan Kebudayaan Minangkabau sebagai Bagian Kebudayaan Nasional Indonesia.
“Orang Minang dikenal memiliki daya adaptasi dan kemampuan penyesuaian diri karena memiliki pandangan hidup yang kosmopolitan dengan filosofi “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” ujarnya.
Namun ia mengatakan, walaupun orang Minang memiliki jumlah perantau yang signifikan, terutama di Provinsi Riau, Sumatra Utara, Jambi, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten serta Malaysia, mereka juga terkenal mempunyai romantisme kampung halaman yang tinggi.
“Ada ungkapan yang mengatakan, sejauh-jauh terbang bangau, kembalinya ke kubangan jua. Artinya, sejauh-jauh merantau, rasa cinta mereka tertambat di kampung halaman jua. Ungkapan lain mengatakan, hujan emas di negri orang, hujan batu di negri sendiri, namun kampung halaman takkan pernah terlupakan,” ujar mantan Ketua DPD RI, Irman Gusman.
Rasa cinta dan kepedulian kepada kampung halaman, kata Irman Gusman, dapat dilihat dari beberapa organisasi dan pagayuban yang tersebar di dalam dan luar negeri.
Selain itu, Ia juga menyinggung Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi yang sedang menyusun sebuah Dewan Kebudayaan Sumatra Barat.
“Ini jelas harapan baru, di mana semua pelaku kebudayaan Minangkabau akan dapat bekerjasama dan saling bersinergi sehingga kebudayaan Minang dapat difungsikan sebagai modal dasar dan modal sosial untuk mencapai kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat Sumbar di masa yang akan datang,” ujarnya.
Alek Malewakan YPKM ini, juga dihadiri Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, serta menampilkan pertunjukan kesenian dan kebudayaan Minangkabau.
Mahyeldi mengharapkan Dewan Kebudayaan Sumbar, mendapatkan dukungan dari semua pihak, supaya kelembagaan yang disusun tersebut bisa bersinergi dalam rangka memajukan kebudayaan Minangkabau ke depan.
“Seperti dalam tampilan tarian marentak ranah bundo tadi, indah karena ada kaloborasi dan sinergi,” ungkap Mahyeldi.
Sementara, Sekretaris Umum Pusat Kebudayaan Minangkabau (PKM) Yulizal Yunus menyebutkan kegiatan melewakan yayasan PKM memiliki cita-cita sejarah mengemban fungsi rumah gadang sebagai tempat duduk bersama bagi pemangku kebudayaan dan menjadikannya sebagai wadah mekanisme sentral.
Ia menyebutkan kegiatan yang dihadiri secara offline oleh sebanyak 40 orang dengan pengawasan ketat protokol kesehatan Covid-19 dan online sebanyak 200 orang tersebut untuk memperkenalkan PKM sebagai sebuah yayasan berbadan hukum SK Menkumham RI
“Yayasan ini (PKM-red) berdiri sejak juli 2015. Pelewaannya tertunda karena PKM berduka, beberapa pendiri yaitu Darmawan Moenir dan Taufiq Tahaib, termasuk Mestik Zed wafat. Kemudian disusul dengan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Disisi lain, ia menyebutkan visi PKM untuk terwujud kebudayaan Minangkabau yang rahmatan lil alamin, dengan thema line, merayakan kebudayaan Minangkabau. Tujuan PKM dibahas menjadi tiga aspek sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Dalam tiga aspek tersebut, maksud dan tujuan PKM ini ditawarkan 5 program besar yakni, kajian kebudayaan, penerbitan, kepustakaan dan perpustakaan, festival, pertunjukan dan film, serta diplomasi kebudayaan.
Ia menyebutkan kegiatan tersebut disertai dengan penandatanganan piagam kerjasama PKM dengan masyarakat sejarawan Indonesia (MSI), STMIK Indonesia dan Padang TV.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyelenggaraan kegiatan ini dan mohon maaf jika ada masalah yang tidak didudukkan pada tempatnya,” katanya.