Jumlah pekerja seks jalanan di Lembata, Nusa Tenggara Timur kini sudah menyentuh angka 507 orang. Mirisnya, sebagian besar dari para penjual birahi ini diduga sudah tertular HIV.
Terkait jumlah pekerja seks jalanan ini diungkapkan oleh pemerhati HIV dan Aids, Nefri Eken. Dia mengungkapkan, rata-rata pekerja seks jalanan ini berusia 15-45 tahun.
Mereka pada umumnya beroperasi di kos-kosan dan rumah warga, bukan di tempat hiburan malam.
Nefri Eken juga menyebutkan jumlah ini merupakan pendataan periode Februari-April 2023 yang dilakukan oleh pemerhati HIV dan Aids bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata.
Nefri mengatakan, kebanyakan mereka sudah menderita penyakit infeksi menular seksual (IMS). Bahkan ada yang sudah terjangkit HIV.
“Kita cek dan turun langsung ke tempat tinggal mereka,” Nefri dikutip dari Tribun Flores, Kamis, 11 Mei 2023.
Nefri yang sudah bekerja sebagai pegiat HIV dan Aids sejak tahun 2000 ini bahkan mengungkapkan ada koordinator yang bertugas mengkoordinasikan para PSK ini di setiap wilayah.
“Kami datangi masing-masing korwil (koordinator wilayah) mereka,” ujarnya.
Menurut dia, banyak PSK di Lembata yang berasal dari desa dan datang ke kota Lewoleba.
Biasanya, para pekerja seks jalanan ini melayani pelanggannya di kos-kosan.
Nefri berujar tidak semuanya melayani pelanggan karena alasan uang. Ada juga yang jadi pekerja seks karena terpapar pornografi.
Saat ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata dan KPAD bersama pemerhati mulai melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah.