Public sex atau secara kasarnya disebut mesum di tempat umum termasuk hal yang tabu. Pasalnya, dari dulu hingga kini, privasi jadi hal penting saat melakukan aktivitas seks.
Lantas, bagaimana bila ada individu atau pasangan yang merasa oke-oke saja untuk melakukan hal mesum di tempat umum? Apa sudah pasti ada yang tak beres dengan kejiwaannya alias gangguan mental?
Dilansir klikdokter.com, Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog, menjelaskan orang yang melakukan tindakan mesum di tempat umum tak bisa langsung dikatakan memiliki gangguan mental.
“Hal seperti itu tak bisa langsung kita sebut gangguan mental. Mungkin yang lebih tepat adalah orang itu punya masalah dengan kontrol diri. Kondisi itu terbukti dari perilakunya yang tidak bisa menahan dorongan seksualnya,” jelas Ikhsan.
“Selain karena masalah kontrol diri, mereka yang mesum di tempat umum biasanya mencari sensasi baru dalam berhubungan seksual.”
“Kecuali, orang ini selalu melakukan hubungan seks di tempat umum dan sama sekali tidak terangsang bila tidak dilakukan di tempat tersebut. Itu baru bisa dibilang ada gangguan,” tambah Ikhsan.
Ada dua ciri utama yang mengindikasikan pelaku public sex kemungkinan memiliki masalah kejiwaan, yaitu:
Frekuensi dan intensitas aktivitas tersebut sudah terlampau sering. Jika hanya sesekali, orang tersebut tidak bisa dikatakan memiliki gangguan mental.
Individu sama sekali tak terangsang bila aktivitas seks tidak dilakukan di tempat umum. Artinya, kebiasaan tersebut sudah sampai mengganggu fungsi seksual.
Hal ini didasari oleh berita adanya seorang wanita yang memberikan seks oral kepada pria yang secara random ia temui di sebuah halte. Ia juga mendapatkan bayaran atas tindakannya tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, wanita tersebut tidak merasa ada yang salah dengan tindakannya. Padahal, sudah ada beberapa orang yang menegur wanita berinisial MA tersebut, termasuk pihak kepolisian.
Karena merasa janggal dengan jawaban pelaku, tes kejiwaan pun dilakukan. Apakah menyuruh pelaku mesum di tempat umum untuk melakukan tes kejiwaan dirasa tepat?
“Sebenarnya boleh-boleh saja menyuruh pelaku untuk tes kejiwaan. Tapi tujuannya untuk apa?” ujar Ikhsan.
“Sebenarnya, masalah kontrol diri berbeda dengan gangguan mental seperti skizofrenia. Kalau orang dengan skizofrenia memang sudah putus dengan kontak realitanya.”
“Kalau dia memang terlihat seperti orang dengan skizofrenia, tes kejiwaan mungkin bisa jadi solusinya. Kalau cuma masalah kontrol diri, tidak perlu sampai dites,” jelasnya.
Karena melanggar norma-norma yang berlaku, pelaku public sex memang sebaiknya langsung ditegur.
Menegur orang tersebut tidak harus sambil membentak, mempermalukan, dan menghakimi. Cara-cara tersebut kurang tepat apalagi bila pelakunya masih di bawah umur (anak sekolah).
Bila kesulitan untuk menegur, lebih baik langsung laporkan kepada pihak berwajib. Pelaku yang memang memiliki masalah kontrol diri juga bisa mendapatkan terapi CBT (cognitive behavioural therapy) dari psikolog.
Menurut Psikolog Ikhsan, terapi CBT bisa mengatasi masalah kontrol diri, termasuk kontrol dorongan seksual.
“Jadi, dikenali dulu apa yang menyebabkan pelaku tidak bisa mengontrol diri. Nantinya, dorongan itu akan diarahkan ke hal yang lebih positif,” terangnya.
Jadi, ada beberapa pertimbangan untuk dapat melabeli pelaku mesum di tempat umum sebagai orang dengan gangguan mental.
Source: klikdokter.com