Pada Kamis (1/6), Baekhyun, Chen, dan Xiumin EXO yang juga dikenal sebagai EXO-CBX mengumumkan bahwa mereka menuntut SM Entertainment untuk mengakhiri kontrak eksklusif mereka. Ini membuat perhatian banyak orang tertuju pada konflik SM dengan tiga mantan member EXO, Kris, Luhan, dan Tao antara tahun 2014 hingga 2015.
Kris Wu adalah orang pertama yang mengajukan gugatan pada Mei 2014 untuk mengakhiri kontrak eksklusifnya dengan SM Entertainment. Luhan juga mengajukan gugatan pada Oktober 2014. Kemudian pada 2015, Tao juga mengajukan gugatan untuk mengakhiri kontrak eksklusifnya.
Kris dan Luhan sama-sama mengklaim bahwa SM membuat mereka “menandatangani kontrak yang tidak adil” dan bahwa agensi tersebut mengabaikan kesehatan dan pendapat mereka serta mendiskriminasi member Tiongkok. Dibandingkan dengan kontrak biasa dengan agensi hiburan Korea, ini adalah salah satu yang terlama.
“Karena kontrak jangka panjang, itu membatasi kebebasan (Kris), itu adalah tindakan anti-sosial dan melanggar hukum,” kata representasi Kris selama sidang pengadilan pertamanya.
Demikian pula, gugatan Luhan mengungkapkan tidak hanya diskriminasi yang dihadapi para member Tiongkok bersama dengan SM Entertainment yang mengabaikan kesehatan artis mereka, tapi juga kurangnya kompensasi finansial dibandingkan dengan jadwal sibuk Luhan. Pengacara Luhan mengungkapkan bahwa dia hanya memperoleh ₩530 juta KRW (sekitar Rp 6 miliar) untuk aktivitasnya sejak Oktober 2013 hingga Oktober 2014.
“SM Entertainment telah mendiskriminasi member Tiongkok di unit EXO-M dibandingkan dengan member Korea di unit EXO-K. Sejak debut EXO, SM Entertainment telah memberi member EXO-K lebih banyak kesempatan untuk promosi aktif sementara EXO-M tidak dapat menerima dukungan finansial selama mereka tidak aktif,” ujar representasi Luhan.
SM Entertainment juga mengajukan tuntutan hukum pada tahun 2015 terhadap perusahaan yang mempekerjakan Luhan dan Kris, yang “melakukan aktivitas secara ilegal” sebelum tuntutan hukum pemutusan hubungan kerja mereka “dibawa ke pengadilan”. Pada saat itu, SM mengklaim bahwa keduanya “meninggalkan grup tanpa alasan yang cukup” dan “mengabaikan kontrak” untuk mengejar jadwal solo demi keuntungan mereka sendiri.
Pada Juli 2016, Kris dan Luhan dipaksa menyelesaikan tuntutan hukum mereka. Meski tidak kembali sebagai member EXO, kontrak mereka dengan SM Entertainment tetap berlaku hingga 2022. Namun, mereka bisa mengejar karier di luar Korea dan Jepang melalui label dan agensi lain.
Sementara itu, gugatan Tao juga diajukan atas dasar bahwa kontrak SM Entertainment tidak adil karena durasi kontrak, diskriminasi yang dihadapi para member, dan kompensasi finansial yang mereka terima. Namun pada 5 Januari 2016, SM Entertainment memenangkan gugatan terhadap Tao karena dia menerima pembayaran di muka dari perusahaan tapi “tidak membayar kembali jumlah yang terutang dalam batas waktu yang dijanjikan.”
Tao dan SM Entertainment tetap terjerat dalam perseteruan hukum karena Tao memenangkan gugatan di Tiongkok pada tahun 2016 tapi kalah dalam gugatan untuk membatalkan kontraknya di Seoul pada tahun 2017 sebelum memenangkan kasus keduanya di pengadilan Tiongkok pada tahun 2018. Seperti Kris dan Luhan, kontrak Tao dengan SM Entertainment tetap berlaku hingga 2022, tapi dia bukan lagi member EXO dan dapat kembali ke Tiongkok dan memulai perusahaannya sendiri, Z.TAO Studio.