Sebuah fakta yang cukup mengejutkan terkuak, surat wasiat yang ditulis oleh pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar dengan diduga pelaku teror di Mabes Polri ada kemiripan.
Ada tiga poin pada surat wasiat Lukman dan Zakiah dinilai sangat mirip. Yaitu terletak pada permintaan maaf kepada keluarga, pesan menjauhi uang bank dan jangan lupa salat.
Bahkan tulisan tangan Lukman dan Zakiah pada surat wasiat ini juga dianalisa pakar grafologi (ilmu analisis pola tulisan tangan), Deborah Dewi. Dikutip dari detikCom, Deborah yang merupakan ahli grafologi yang telah memenuhi Standard Competence EC-0293 sebagai Graphologist Expert dan tervalidasi oleh Apostille The Hague Convention ini menganalisa karakter pihak Lukman dan Zakiah ditinjau dari tulisan tangan mereka.
“Dari dua kejadian berentet yang sedang melanda negara kita saat ini, keduanya meninggalkan jejak yang sama, yaitu surat wasiat yang ditulis secara manual. Meskipun gaya tulisan dan pola tulisan tangan keduanya berbeda, keduanya memiliki beberapa indikator yang secara grafis berbeda tapi intepretasinya sama,” kata Deborah.
Tak cuma pesan yang disampaikan, karakter Lukman dan Zakiah ternyata juga diduga serupa. “Beberapa pola indikator grafis yang berbeda namun mengacu pada satu benang merah interpretasi umum yang menjadi pemicu internal diantara karakter keduanya yaitu rasa cemas, tidak mampu, dan kurang percaya diri yang membuat mereka merasa tidak aman (insecurity),” ungkap Deborah.
Pada suratnya, Lukman maupun Zakiah mengisyaratkan usaha mereka untuk berjuang di jalan Islam dan melakukan “Jihad”. Hanya saja, Deborah menilai tulisan tangan Lukman dan Zakiah justru tak menunjukkan dorongan spiritual yang kuat.
“Meskipun secara verbal mereka memberikan alasan yang berbau spiritual, indikator grafis di dalam sampel tulisan tangan keduanya justru tidak menunjukkan dorongan spiritual yang kuat untuk mengeksekusi ‘Jihad’,” kata Deborah.
Deborah mengungkap dorongan utama antara Lukman dan Zakiah. Keduanya sama-sama memiliki kemarahan terhadap sesuatu.
“Untuk Zakiah, dorongan yang utama adalah kemarahan atas status sosial (nonmaterial) yang melekat pada dirinya. Sedangkan untuk Lukman, dorongan yang utamanya adalah kemarahan dan ketakutan dalam menghadapi masa depan di kehidupannya yang akan sangat berdampak pada sang ibu,” pungkas Deborah.