Jakarta Drum School (JDS) adalah sekolah musik pertama di Indonesia yang secara eksklusif mengajarkan drum. Kurikulum yang ada di JDS mencakup Jazz, Reading, Latin, Styles, dan Playing Techniques.
Jakarta Drum School, sekolah Drum yang berdiri tahun 2005 memasuki usia ke 17 tahun berdirinya dengan mengelar acara bertajuk ’17 th Jakarta Drums School Anniversary’ dengan motto ‘We Make UA Better Drummer’
Jakarta Drum School didirikan oleh tiga Founder, yaitu Harry Murti ujian dengan Taufan Gunarso (drummer lulusan Percussuon Intitue of Tecnology USA dan pengusaha Prasodjo Winarko.
“Awalnya kita bertiga mempunyai passion. Saya ngobrol sama Taufan bagaimana kalau kita bikin sekolah, lalu saya bersahabat baik juga sama Pak Pras, tiba-tiba pak Pras juga melihat ini sesuatu yang priceless dan berguna jadi ilmu itu harus dishare, ada moralnya. Jadi itu yang menjadikan kita para founder ada hal tertentu tidak semata-mata hanya urusan bisnis tapi juga punya makna,”ungkap Harry Murti saat acara 17 tahun perayaan ulang tahun Jakarta Drum School di Kawasan Mahakam, Senin (19/9/22).
“Kita harus punya makna meninggalkan legacy dan ternyata di 17 tahun ini ternyata kita lihat sendiri, bahwa achievement itu bukan kita yang declare tapi dari orang-orang sesuai dari perjalanan yang ada, itu terbukti banyak dari murid kita yang sukses di industri musik. Jadi Jakarta Drum School itu sudah menjadi seperti the big family”,tambah Harry.
Jakarta Drum School sampai saat ini masih bertahan bukan tanpa alasan, selain kualitas ada atitude yang dimiliki JDS ini yang tidak dimiliki oleh lembaga lainnya.
“JDS memiliki formulasi produk knowledge seperti edukasi, edukasi itu diaplikasikanlah lama-lama terasa akhirnya menjadi habit. Setelah jadi habit, dia akan jadi attitude. Akhirnya Jakarta Drum School sekarang ini sudah seperti culture kalau menurut saya. Karena dari tahun-tahun attitude mereka (para lulusan JDS) hampir sama. Jadi itu yang membuat kita seperti keluarga besar dan yang tdak dimiliki lembaga lainnya”, jelas HarryA
“Jakarta Drum School semenjak berdiri programnya tidak pernah ganti, karena kita mempunyai motto. Pertama kali motto kita ‘We Make You Better Player’. Berjalan 10 tahun kita ganti mottonya, ‘We Make You Better Brother’. Perbedaan uniknya kita dengan sekolah-sekolah drum di Jakarta, drum yang kita pelajari adalah ‘essential drum, jadi ‘creative thinking about murid-murid untuk bermain drum. Dan kelas-kelas kita berbeda dengan kelas drum di Jakarta. Kita juga punya kelas Jazz, kita juga punya kelas ‘style’, dan kelas latin itu pada 10 tahun pertama. Perjalanan kita juga banyak sekali dibantu dengan musisi-musisi senior untuk memberikan workshop-workshop. Jadi Jakarta Drum School ini unik karena satu-satunya yang hanya mengajarkan drum.” tambah Taufan Goenarso yang merupakan drummer lulusan Percussion Institute of Technology USA.
Sebagai sebuah lembaga musik, JDS Banyak juga mendapatkan tantangan apalagi saat pandemi Covid-19 melanda hingga saat ini.
“Masa yang sulit selama perjalanan 17 tahun JDS adalah jaman saat terkena covid, kita ngajarin drum lewat online komputer kita belum memadai tapi alhamdulillah akhirnya kita bisa melewati itu dan bertahan, itu yang menjadi tantangan paling berat”, papar Prasodjo Wijanarko.
Tak hanya memikirkan unsur bisnis saja JDS juga memberikan kesempatan program dengan beasiswa kepada murid berbakat yang tidak mampu,
“Jakarta Drum School ketika ada orang yang benar-benar berbakat tapi tidak mampu, kita kasih beasiswa. Jangan kita membendung orang cuma gara-gara ga punya kesempatan dia juga punya hak untuk maju, dengan catatan harus serius kita kasih kesempatannya selebihnya terserah dia”, papar Harry lagi.
“Dulu saya mengenal mas Taufan sekitar tahun 80-an sejak masih sekolah di Amerika, kalau dengan Mas Harry dulu saya adalah customer buat drum dari dia. Pertemuannya sangat kebetulan lewat audio pro saya telpon ini yang nulis mas Harry saya boleh dapat nomer telpon sampai akhirnya ketemu. Berjalannya waktu dua, tiga tahun kita sering diskusi kok mulai ngeklik. Saya ngomong sama mas Harry, Taufan ya kalian sekarang artis wara-wara banyak yang kenal tapi nanti 20 atau 30 tahun kemudian disuruh perform aduh asam urat, udah ga bisa ini segala macam, udah tua”, ungkap Mas Pras panggilan akrabnya.
“Satu-satunya jalan untuk melestarikan nama-nama kalian itu adalah dengan membuat satu institusi. Mempunyai murid-murid yang betul, jika menghasilkan regenerasi yang betul jadi biarlah mereka yang meneruskan legacynya. Jadi setiap orang yang pernah belajar di JDS tetap ingat oh kita ini dari Jakarta Drum School, sehingga ini bukan sekedar kursus-kursus biasa, oh gua kursus sama orang terkenal tapi lebih ke arah instusi yang benar dan pengajaran yang benar”, tambahnya.
JDS kedepannya akan mendirikan institusinya lagi di daerah PIK 2 yang rencananya JDS adalah menyasar generasi-generasi milenial yang sudah banyak bergeser dari daerah Selatan.
“Generasi-generasi milenial sekarang sudah mulai bergeser ke pinggir, Bintaro, BSD. Untuk mencapai ke daerah Selatan dari daerah-daerah itu perlu effortnya lumayan. Kebetulan Mas Pras punya lahan di PIK 2. Jakarta Selatan tetap dipertahankan tapi kedepannya kita akan mulai sesuatu fase yang baru. Kita akan bangun gedung sendiri jadi kita lebih eksplore lagi”, jelas Harry Murti.
“Jakarta Drum School ini kan sudah beregenerasi berkali-kali, yang tadinya murid sekarang sudah ngajarin murid juga. Jadi harapan ke depan bahwa Indonesia ini bangsa besar loh, sebuah bangsa bisa besar karena budaya, kita berkontribusi untuk sesuatu yang berguna dalam hal berkesenian terutama drum. Kedepan semakin besar dan bangsa kita semakin ngerti”, tutur Harry.