Legenda Lazio Sinisa Mihajlovic meninggal dunia di usia 53 tahun setelah berperang melawan Leukimia. Padahal sebelumnya, mantan manajer AC Milan dan Bologna ini dikabarkan sudah sembuh dari penyakit kanker darah yang meneyarangnya.
Kabar meninggalnya legenda Lazio Sinisa Mihajlovic ini disampaikan salah satu jurnalis asal Italia, Fabrizio Romano. Melalui akun media sosialnya, ia mengonfirmasi bahwa manajer 53 tahun itu telah berpulang ke sang Pencipta.
Sebagai pemain yang menghiasi Serie A pada medio 1990-an hingga awal 2000-an, Sinisa Mihajlovic melewati fase kala dunia tengah bergejolak dan mengalami perubahan era seperti negara kelahirannya yang telah pecah.
Yugoslavia melalui perang saudara yang kemudian berujung perpecahan negara yang merdeka seperti Kroasia, Kosovo, Serbia, dan lainnya. Hal itu diingat betul oleh Sinisa Mihajlovic ketika mengenang soal ‘peperangan’ melawan leukimia.
Selepas sembuh dari leukimia Mihajlovic menjadi sosok yang religius. Mihajlovic membahas ketakutan terbesar dalam hidupnya termasuk rasa syukurnya kepada Tuhan karena diberi talenta hingga ia ‘hidup’ dari sepak bola.
“Ketika ada perang dan bom jatuh dari langit, sebelumnya Anda dapat mendengar suara siulan ini. Ketika Anda berada di ruang bawah tanah, Anda mendengarkan peluit untuk mengetahui apakah bomnya akan semakin jauh atau akan mendarat di kepala Anda. Peluit adalah bagian paling menakutkan dari keseluruhan situasi,” kenang Mihajlovic kepada Tuttosport.
“Sebagai seorang anak, selain mimpi menjadi pesepak bola, saya terutama ingat merasa lapar. Satu-satunya cara untuk keluar dari kemiskinan dan mengalahkan kelaparan adalah dengan memberikan segalanya. Tuhan memberi saya bakat, tapi saya juga harus bekerja keras dan berkorban untuk menjadi pemain.”
“Saya pikir saya akan berhenti bekerja ketika saya berusia 75 atau 80 tahun, kemudian saya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga saya dan banyak, banyak cucu,” terang dia.
Mihajlovic juga bercerita mengenai pertemuannya dengan Paus Francis di Vatikan.
“Itu adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Paus Francis adalah orang bijak, jenaka yang selalu siap bercanda,” imbuh Mihajlovic.
“Saya pergi bersama istri dan ibu mertua saya, jadi ketika saya menyerahkannya, dia berkata ‘Kamu harus dijadikan Orang Suci karena membawa ibu mertua’.”
“Paus itu seperti pemain serba bisa, dia bisa menutupi peran apa pun, yang penting dia ada di sana. Dia membuat perbedaan dalam setiap situasi,” urai dia.
Sebagai pelatih karier pria berusia 53 tahun itu relatif biasa-biasa saja dengan Bologna, Fiorentina, Sampdoria, Milan, dan timnas Serbia, tapi sebagai pemain Mihajlovic pernah memenangi dua Scudetto dengan Lazio dan Inter Milan.