Solo City Jazz (SCJ) 2022 penyelenggaraan di hari kedua pada Sabtu 15/10/2022 akhir pekan kemarin sungguh mendulang kesuksesan. Bagaimana tidak? Sejak menjelang sore hari di area Alun Alun Pamedan Pura Mangkunegaran sudah mulai didatangi para pengunjung yang ingin menghabiskan Sabtu malamnya untuk berpesta musik lewat pilihan line up yang cukup menjanjikan.
Beberapa nama seperti Andre Hehanusa, Dhedy Dukun, Mercy Dumais, Albert Fakdawer, Mia Ismi, Papua Original, ataupun Jason Ranti pastilah menjadi sebuah ajakan yang enggan untuk ditampik begitu saja. Luasnya alun alun Pamedan Pura Mangkunegaran tampak semakin bingar dengan booth para sponsor dan UMKM kota Solo yang ikut bergabung di event Solo City Jazz kali ini.
Panggung Solo City Jazz gagah tanpa backdrop sengaja mengekspos sebuah Gedung Kavallerie Artillerie dibelakangnya. Lewat permainan lampu hal ini menjadi sebuah kekuatan dari festival musik jazz tahunan yang ke 11 kalinya ini.
“Festival Solo City Jazz selalu memadupadankan event musik dengan budaya yang ada di kota Solo ini. Begtu juga di tahun ini. Ketika hari pertama kami tampil di Kori Kamandungan, kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, kami mengekspos ornamen keraton tanpa menutupinya. Juga malam ini kami sengaja mengekspos bangunan kuna yang telah dibangun sejak tahun 1874 tersebut,” ungkap Production Director SCJ, Indrawan Ibonk.
Ketika hari melewati senja dan cuaca cukup cerah dengan membiarkan rembulan mengintip di sela pucuk panggung, Solo City Jazz 2022 pun dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diikuti oleh seluruh pengunjung yang berada di Alun Alun Pamedan Pura Mangkunegaran dengan khidmat.
Setelah itu panggungpun di buka dengan hadirnya vokalis cantik Mercy Dumais yang berkolaborasi dengan Rio Moreno Latin Groove dengan memainkan lagu-lagu Brasil yang dibuka lewat lagu ‘Desafinado’ dan berlanjut ke lagu ‘Só Danço Samba’ karya Antonio Carlos Jobim dipastikan membuai hati ikut terbuai. Beberapa nomor groovy lainnya sanggup bikin pengunjung bergoyang.
Penampilan selanjutnya menghadirkan legenda hidup seorang penyanyi senior, Deddy Dhukun bersama Bengawan Symphony Orchestra (BSO). Malam itu memang Deddy Dhukun habis-habisan bikin baper para penonton senior sebayanya. Bayangkan saja, sederetan hits legendaris dari Deddy Dhukun bersama mendiang Dian Pramanapoetra dan juga yang lainnya dilantunkannya diikuti tanpa putus seperti ‘Semua Jadi Satu’, ‘Biru’, ‘Aku Ini Punya Siapa’, ‘Bohong’, dan lain-lain.
Seakan tidak mau jauh dari penonton yang memujanya, Deddy menghabiskan waktunya bernyanyi di sela sela penonton dan saling berbagi microphone sampai hampir sepanjang durasi. Bak sebuah konser intimate, Deddy Dhukun memang piawai memainkan flow penampilannya tak hanya lewat lagu, namun juga celetukan kocak ke penonton.
Malam semakin beranjak dan suasana semakin meriah dengan kehadiran Papua Original yang memainkan nomor-nomor rancak enerjik. Lewat beat cepat, sederetan lagu-lagu dari timur Indonesia dihadirkan yang ditimpali dengan tembang-tembang hits dalam negeri dan internasional.
Pada sesi berikut Andre Hehanusa langsung menguasai penonton Solo City Jazz 2022 yang mencapai ribuan orang. Malam itu Andre tampil lewat baju putih dan baju batik langsung memanaskan panggung lewat hits miliknya diantaranya ‘Kuta Bali’, Antara Kita’, Bintang Bintang’, ataupun ‘Kuta Bali’, serta tak lupa membawakan lagu mendiang Didi Kempot yang cukup fenomenal dengan aransemen khas Andre yang berjudul ‘Sewu Kutho’.
Belum lagi sebuah tembang ‘Esokkan Masih Ada’ dilantunkannya sebagai tribute dan rasa hormatnya kepada Utha Likumahuwa dan ‘Widuri’ yang dipopulerkan Bob Tutupoly. ‘Saya banyak belajar dari Utha, respect dan hormat saya kepadanya. Kita bersyukur dapat merasakan bisa kumpul-kumpul seperti ini lagi, sementara sewaktu pandemi kemarin, kita banyak kehilangan musisi terbaik negeri ini,” urainya.
Tak tampil sendirian, Andre pun menghadirkan Mia Ismi seorang violinis serba bisa dan juga Albert Fakdawer yang memegang juara kedua ajang AFI Junior season pertama tahun 2004, membawakan beberapa lagu baru yang dirilisnya via digital platform. Sebagai penutup lagu kuncian ‘KKEB’ dan penampilan bersama Mia, Albert dan mengundang Deddy Dhukun keatas panggung menjadi tanda Andre Hehanusa dan kawan kawan harus silam ke balik panggung.
Sebagai sajian penutup, panggung akan diisi dengan show solo dari seorang Jason Ranti alias Jeje. Bak sebuah sihir yang begitu kuat, penonton yang tadinya beragam kini digantikan dengan kelompok anak muda yang tiba tiba saja mendominasi seluruh area dan sudut jauh panggung.
Jason Ranti memang menjadi magnet paling kuat pagelaran Solo City Jazz 2022 ini. Ia yang diketahui sebagai seorang penyanyi dan penulis lagu folk memiliki lirik dan syair yang cukup ‘bandel’ dan menyentil kesana sini tentunya menjadi sebuah oase bagi jiwa muda yang memang penuh gejolak.
Terbukti, saat Jason memulai panggung, dan memulai lagunya sontak seisi alun alun ikut menyanyikan lirik lagu yang dibawakan. Alhasil Jeje hanya cukup mengiringi para fans nya tersebut lewat gitar listrik dan harmonika.
Sederetan lagu pun telah digulirkan, dan tak ada satu lagupun yang lolos untuk tidak diikuti oleh para penonton, apalagi ketika dirinya mulai membawakan lagu ‘Sudah Jangan ke Jatinangor’, semangat menyanyi penonton pun semakin menjadi jadi.
Begitulah, lewat dinihari panggung Solo City Jazz 2022 pun berakhir. Sebuah pengalaman menonton aksi aksi para musisi ternama di tanah air dan potensi musisi domestik Solo yang tak kalah menarik menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Paling tidak keberadaan Solo City Jazz ke 11 ini dapat menjadi barometer event sejenis di kota Solo. See you next year…