Mengantar Prabowo Subianto ke Tampuk Kekuasaan Tertinggi RI 1 Harga Mati Bagi Gerindra

- Advertisement -
Bagaimana strategi Partai Gerindra mengantar Ketua Umumnya, Prabowo Subianto ke puncak kekuasaan? Kini, Prabowo diramalkan akan sukses menjadi Presiden Indonesia menggantikan Joko Widodo.

Ramalan Prabowo Subianto jadi Presiden RI pengganti Jokowi muncul setelah tersebarnya skema tentang duet calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal diusung Partai Gerindra.

Wacana Partai Gerindra akan segera berkoalisi dengan PDI Perjuangan menghadapi Pilpres 2024 mendatang dipicu oleh Perjanjian Batu Tulis part 3 yang diprediksi akan mengusung duet Prabowo Subianto – Puan Maharani atau Prabowo – Ganjar Pranowo.

Pasangan capres – cawapres yang disebut-sebut merupakan kesepakatan yang tergambar pada perjanjian Batu Tulis part 3 itu nantinya akan diusung oleh koalisi akbar PDIP dan Partai Gerindra dengan motto Indonesia maju.

Apabila koalisi PDIP – Gerindra benar-benar terjadi maka dua partai ini memiliki 206 kursi parlemen atau 35,82 persen kursi di DPR RI.

Jumlah ini tentu saja melampaui 20 persen yang jadi persyaratan untuk mencalonkan dan mengusung capres -cawapres pada Pilpres 2024 mendatang.

Sekedar diketahui, Perjanjian Batu Tulis adalah kesepakatan antara PDIP – Gerindra pada Pilpres 2009. Ketika itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dicalonkan sebagai presiden sementara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo jadi calon wakil presiden.

Namun perjanjian itu tidak berlanjut, karena Megawati – Prabowo dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono.

Prabowo Subianto

Sementara, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, Partai Gerindra tentu segera mengambil keputusan politik yang dianggap paling berpotensi memenangkan Gerindra pada Pemilu 2024.

Dia mengatakan, meskipun langkah tersebut mengharuskan Gerindra meninggalkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lalu berkoalisi dengan partai lain, sebut saja PDI Perjuangan, Prabowo Subianto dan jajarannya tentu tak akan ragu-ragu.

“Apabila ada peluang mewujudkan skema koalisi besar Gerindra dengan PDI-P, tentu PKB dianggap partai kelas dua,” kata Umam dikutip dari Kompas.com, Kamis 15 Desember 2022.

Umam mengatakan, bagi Partai Gerindra, meraih kemenangan dan mengantarkan Prabowo ke tampuk kekuasaan tertinggi RI-1 lewat Pilpres 2024 merupakan harga mati.

Maka, sekalipun sudah mendeklarasikan kesiapannya maju sebagai calon presiden (capres), Prabowo masih mempertimbangkan figur calon wakil presiden (cawapres) yang paling berpotensi mendongkrak peluang kemenangannya.

Apabila ada kesempatan, Partai Gerindra diprediksi bakal berkoalisi dengan PDI-P melalui perjodohan Prabowo-Ganjar Pranowo atau Prabowo-Puan Maharani sebagai pasangan capres dan cawapres.

“Tapi apabila langkah mewujudkan skema koalisi besar mengalami hambatan, maka PKB akan menjadi pilihan terbaik Gerindra untuk maju di Pilpres 2024 mendatang,” katanya.

Sampai saat ini, kerja sama Gerindra dan PKB belum menetapkan nama capres dan cawapres. Namun, Prabowo telah mengumumkan kesiapannya menjadi capres 2024. Sedangkan, Cak Imin pun berulang kali menyatakan keinginannya berkontestasi di panggung pilpres.

spot_img

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA