Sejak akhir tahun 2020, virus Corona telah bermutasi menjadi berbagai jenis baru atau varian, yaitu Varian Delta, Beta, Gamma, dan Alfa. Virus Corona varian baru tersebut telah muncul dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Agar Anda tidak bingung dan lebih waspada, mari, ketahui perbedaannya.
Sejauh ini, beberapa pakar dan institusi kesehatan di seluruh dunia, termasuk WHO, telah menemukan adanya mutasi virus SARS-CoV-2. Varian atau jenis virus Corona penyebab COVID-19 yang baru ini dinamai varian Delta, Beta, Gamma, dan Alfa.
Pada dasarnya, semua virus, termasuk virus Corona atau SARS-CoV-2, memang bisa berubah dan mengalami mutasi seiring berjalannya waktu. Hal ini merupakan salah satu bentuk pertahanan dari virus agar bisa terus berkembang biak.
Sayangnya, beberapa perubahan ini bisa berpengaruh pada laju penularan atau penyebaran virus serta tingkat keparahan penyakit. Mutasi virus Corona juga dikhawatirkan bisa memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 yang telah tersedia.
Perbedaan COVID-19 Varian Delta, Beta, Gamma, dan Alfa
Suatu varian virus memiliki satu atau lebih mutasi yang membuatnya berbeda dari varian lain. Menurut WHO, ada beberapa varian virus Corona baru yang termasuk dalam varian yang perlu diwaspadai (variants of Concern), yaitu:
1. Varian Alfa
- Kode varian: B. 1.1.7
- Kasus pertama kali ditemukan: Inggris, September 2020
- Tingkat penularan virus: 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona sebelumnya
- Tingkat keparahan infeksi: lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal
COVID-19 varian Alfa diketahui lebih cepat menular dan menyebar karena lebih mampu menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Bahkan, sejak April 2021 varian ini sudah menjadi salah satu varian virus Corona yang dominan di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan kasus sejauh ini menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi virus Corona varian Alfa bisa mengalami gejala yang lebih parah. Namun, pada orang yang telah menerima vaksin COVID-19, gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya lebih ringan.
2. Varian Beta
- Kode varian: B. 1.351
- Kasus pertama kali ditemukan: Afrika Selatan, Mei 2020
- Tingkat penularan virus: belum diketahui
- Tingkat keparahan infeksi: lebih berisiko menyebabkan COVID-19 gejala berat
COVID-19 varian Beta juga diketahui lebih mudah menular antarmanusia. Gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya mirip dengan gejala COVID-19 secara umum, tetapi COVID-19 varian Beta diketahui lebih kebal terhadap beberapa jenis pengobatan.
Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa gejala COVID-19 varian Beta cenderung lebih ringan pada orang yang telah mendapatkan vaksin COVID-19, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.
3. Varian Gamma
- Kode varian: P. 1
- Kasus pertama kali ditemukan: Brazil, November 2020
- Tingkat penularan virus: belum diketahui
- Tingkat keparahan infeksi: cenderung kebal terhadap pengobatan COVID-19
COVID-19 varian ini pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang. Meski jenis mutasinya berbeda dengan varian lainnya, virus Corona varian Gamma diketahui dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan varian lain, seperti varian Beta.
Hingga saat ini, efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian Gamma masih belum diketahui dengan jelas dan terus diteliti.
4. Varian Delta
- Kode varian: B. 1617.2
- Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
- Tingkat penularan virus: 30–100% lebih mudah menular dari varian Alfa
- Tingkat keparahan infeksi: potensi peningkatan risiko dibutuhkannya rawat inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa
Varian Delta dari virus Corona adalah varian yang paling mudah menular dan menyebar dengan cepat. Sejak awal ditemukan kasus hingga Juni 2021, infeksi varian Delta sudah menyebar ke 74 negara dan bahkan sudah menjadi varian dominan di India dan Inggris.
Infeksi virus Corona varian Delta diketahui lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda. Di Inggris, penelitian menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah umur 50 tahun hampir tiga kali lebih berisiko untuk terinfeksi varian ini.
Hingga saat ini, penyebab mengapa virus Corona varian Delta sangat cepat menyebar dan lebih berbahaya masih belum diketahui. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada dua kemungkinan alasannya, yaitu virus Corona varian Delta lebih cepat berkembang biak dan lebih mudah memasuki serta kuat melawan sel tubuh manusia.
Namun, kabar baiknya penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazenca dan vaksin Pfizer, dinilai mampu memberikan perlindungan hingga sekitar 60–79% terhadap varian Delta dengan dosis pemberian penuh sebanyak 2 dosis.
Itulah berbagai perbedaan COVID-19 varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta yang penting untuk Anda pahami. Dengan adanya penyebaran varian baru tersebut, saat ini gejala COVID-19 bisa bervariasi juga tingkat keparahannya.
Namun, secara umum, gejala COVID-19 yang timbul akibat infeksi virus Corona varian baru tersebut tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, antara lain:
- Batuk
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Nyeri otot
- Anosmia
Pada kasus tertentu, COVID-19 varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta juga bisa menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti sesak napas, dada berdebar-debar, berkurangnya nafsu makan, hingga penurunan kesadaran atau koma.
Gejala berat tersebut umumnya akan lebih berisiko muncul pada kelompok lansia atau penderita penyakit penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau asma.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala COVID-19, janganlah mengganggap sepele kondisi ini dan segeralah lakukan isolasi mandiri, mengingat varian COVID-19 Alfa, Beta dan Delta sudah ditemukan di Indonesia. Apabila gejala yang dirasakan tak kunjung membaik, segera periksakan diri Anda ke dokter.
Apa pun jenis variannya, cara terbaik untuk mencegah penularan virus Corona adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni rajin mencuci tangan, mengenakan masker, selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari keramaian.
Selain itu, vaksinasi juga merupakan pilihan efektif untuk memberikan perlindungan terhadap beragam varian virus Corona yang baru, temasuk Varian Delta, Beta, Gamma, dan Delta.