Terdakwa kasus penista agama (nodai agama Islam), M Kece, divonis 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Ciamis, Rabu (6/4/2022). Pada siding dakwaan ini majelis hakim tak memberikan keringanan hukuman kepada terdakwa M Kece.
Ketua Majelis Hakim, Vivi Purnamawati, mengatakan, terdakwa kasus penista agama atau nodai agama Islam, M Kece telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana menyiarkan berita atau pemeberitaan bohong dan dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangam rakyat.
Maka, kasus tersebut harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan sebagai mana dakwaan penuntut umum.
“Menjatuhkan pidana kepada terdawka dengan pidana penjara selama 10 tahun, dikurangi masa selama penangkapan dan penanganan,” ujar Ketua Majelis Hakim.
Vonis 10 tahun penjara yang diberikan hakim itu sesuai dengan tuntutan yang diinginkan jaksa penuntut umum (JPU). Sebelumnya, JPU menuntut majelis hakim memutuskan terdakwa M Kece terbukti bersalah menyebarkan berita bohong, yang dengan sengaja menimbulkan keonaran di manyarakat. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 14 ayat 1 UU Nomor 1 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Dalam menjatuhkan vonis, majelis hakim juga tak memberikan keringanan hukuman kepada M Kece. Vivi menilai, tak ada hal yang dapat meringankan hukuman terdakwa. Fakta bahwa terdakwa belum pernah menerima hukuman dinilai tak sebanding dengan perbuatan yang dilakukan terdakwa.
Ketua Majelis Hakim mengatakan, terdakwa telah melakukan perbuatan secara berulang-ulang menodai agama Islam. Terdakwa juga bertiat membagikan ajaran doa yang menyimpang.
Menurut dia, perbuatan terdakwa yang telah menodai agama Islam tak hanya menyakiti umat islam di Indonesia, tapi juga di dunia. Mengingat konten YouTube yang dibuat terdakwa bisa diakses cepat dari mana saja.
“Majelis hakim berpendapat, derajatnya bisa disamakan dengan orang yang pernah dihukum,” ujarnya.
Selain itu, sikap sopan M Kece juga tak dianggap sebagai suatu yang meringankan hukuman di mata majelis hakim. Menurut majelis hakim, perbuatan sopan terdakwa masih tak sesuai dengan dampak perbuatan yang dilakukan yang telah menodai agama Islam.
Setelah membacakan vonis, majelis hakim menanyakan tanggapan terdakwa dan JPU. Pihak terdakwa dan JPU masih akan memikirkan tindakan yang akan dilakukan setelah ini.
“Masih pikir-pikir dulu,” ujar terdakwa M Kece saat ditanya majelis hakim.
Majelis hakim kemudian menutup sidang tersebut. Terdakwa yang dinilai telah menodai agama islam ini langsung dibawa ke Lapas Ciamis menggunakan kendaraan polisi. Saat keluar PN Ciamis, kendaraan yang mengangkut disoraki oleh massa yang melakukan aksi.
Kuasa hukum M Kece, Martin Lukas Simanjuntak, menilai, keputusaan majelis hakim sangat mengecewakan. Menurut dia, mustahil tak ada hal yang dapat meringankan kliennya di mata hukum.
Ia mengatakan, fakta bahwa terdakwa tidak pernah dihukum tidak dijadikan majelis hakim sebagai faktor yang dapat meringankan. Padahal, dalam perkara lain, terdakwa yang tak pernah dihukum pasti akan diringankan hulumannya.
“Namun majelis hakim perpendapat lain di PN Ciamis. Itu mengecewakan kami,” kata dia.
Selain itu, ia menilai, M Kece selalu bertindak sopan selama menjalani persidangan di PN Ciamis. Namun, itu juga tidak dianggap majelis hakim sebagai suatu yang meringankan hukuman.
“Itu tidak dianggap menjadi sebuah hal yang meringankan karena klien kami dinilai berpotensi mengakibatkan disintregasi bangsa. Ini sangat tidak adil,” katanya.
Martin mengatakan, pihaknya masih akan mendiskusikan upaya yang akan dilakukan ke depan. Pihaknya diberi waktu tujuh hari untuk menentukan sikap.