Ketika Tunawisma Dicurigai Jadi Komoditas Politik

- Advertisement -
Ditemukannya tunawisma di jantung Jakarta ketika aksi blusukan dilakukan oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma) kini berbuntut panjang. Silang pendapatpun terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Sosial (Kemensos).

Risma yang awalnya blusukan menyusuri jalur pedestrian Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada Senin 4 Januari 2021. Mantan Wali Kota Surabaya inipun bertemu dengan tiga tunawisma (gelandangan). Menteri Sosial ini mengajaknya tinggal di tempat penampungan.

Kemudian, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) DKI Jakarta Irmansyah segera mengecek sosok tunawisma yang ditemui Risma tersebut.

“Terkait dengan adanya tunawisma di Jalan Sudirman-Thamrin, memang saya sendiri sudah hidup di Jakarta sejak umur 4 tahun baru dengar ada tunawisma di Jalan Sudirman Thamrin,” kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/1/2021).

Tunawisma

Riza mengatakan bahwa pihaknya telah memerintahkan jajaran untuk mengecek temuan Risma tersebut. Meski demikian, Riza mengaku ada tunawisma di wilayah lain di Ibu Kota.

Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Pusat kemudian langsung melakukan penelusuran.

“Sudah kita tindak lanjuti di lapangan (arahan Anies),” kata Kasudinsos Jakarta Pusat, Ngapuli Parangin-angin, melalui pesan singkat, Rabu (6/1/2021).

Ketika dilakukan penelusuran, Ngapuli mengaku belum menemukan para gelandangan yang ditemui Risma. Pihaknya juga mengaku tidak mengetahui secara pasti para gelandangan itu sekarang di mana. Hal senada disampaikan Kasatpol PP DKI Jakarta Arifin yang menyebut selama ini tidak pernah menemukan gelandangan di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin.

Menurut Arifin, pihaknya selama ini hanya menemukan gelandangan di pinggiran Thamrin. Gelandangan tersebut mencari barang-barang bekas di sekitaran lokasi tersebut.

Tunawisma

Pendapat Pemprov DKI Jakarta dengan Kemensos bertolakbelakang. Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kemensos Herman Koswara mengatakan kedua tunawisma yang ditemui Risma di pinggir Jalan Thamrin itu dibawa ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur, Bekasi. Mereka bersedia untuk dibimbing oleh Kemensos.

Polemik soal tunawisma di Thamrin pun menyedot perhatian anggota DPR. Mereka ikut angkat suara.

Politikus PPP Arsul Sani menyebut sejumlah orang menyorot kejadian itu sebagai kontestasi menjelang Pilpres 2024 ataupun Pilgub 2022.

“Begini bahwa itu dikesankan, bukan adu politik ya, itu dikesankan kontestasi (Pilpres) 2024 atau bahkan mungkin kalau 2022 ada Pilgub (DKI) itu kan. Itu memang berkembang, termasuk di medsos, saya ikuti juga,” ujar Arsul di gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (7/1/2021).

Wakil Ketua MPR RI itu meminta publik melihat sosok pejabat publik secara keseluruhan. Ia pun tidak mempermasalahkan jika memang ada perhatian ke arah kontestasi politik dari kejadian tunawisma di DKI Jakarta.

Arsul mengimbau masyarakat tidak terlalu meributkan aksi blusukan Risma. Menurutnya, kontestasi Pilpres 2024 terbuka untuk semua pihak.

Namun, Arsul pun enggan memberikan komentar lebih jauh terkait temuan Risma soal gelandangan yang ditepis pihak Pemprov DKI Jakarta. Ia hanya ingin memberikan prasangka baik kepada Mensos Risma dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono menyampaikan dirinya sudah beri masukan agar Pemprov DKI melakukan penelusuran sendiri.

“Beberapa hari yang lalu saya sudah menyampaikan perlu ada penelusuran terhadap tunawisma, agar pemprov ataupun Kemensos dapat membantu para tunawisma dan PMKS dengan tuntas,” ujar Gembong dikutip dari detikcom, Rabu (6/1/2021).

Gembong menilai langkah Anies meminta Kadinsos DKI untuk mengecek sendiri adalah langkah positif. Namun seharusnya Anies ambil hikmah dari blusukan Risma selama ini di Jakarta.

Dia menyebut dengan Mensos Risma blusukan maka bisa terjalin kerja sama dan kolaborasi sehingga penanganan tunawisma bisa tuntas. Dia meminta Anies tidak usah baper.

Sedangkan, PKS menilai jika temuan tunawisma di Thamrin itu benar maka bisa merusak kredibilitas Anies Baswedan.

“Sudah seharusnya Pak Anies memerintahkan kepada Kadinsos untuk mengecek apa benar keberadaan tunawisma itu ada atau tidak. Karena dengan kondisi sosial ekonomi yang terpuruk sekarang ini dimungkin saja ada,” kata Penasihat Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Nasrullah, Rabu (6/1/2021).

Nasrullah juga mengatakan pengecekan tunawisma tersebut tentu membutuhkan bukti dari masyarakat yang biasa melintas hingga CCTV yang berada di sekitar lokasi. Dia menyebut jika tunawisma terbukti benar ada di Jalan Sudirman-Thamrin maka bisa berdampak kepada Anies.

“Jalan ini adalah mukanya kotanya Jakarta. Pasti pak gubernur akan menjaga eksistensinya, karena jika benar ini bisa mengurangi kredibilitas beliau,” ujarnya.

Dia juga menyebut selama ini penanganan Pemprov DKI bukannya tidak baik. Hanya saja, kata dia, selama ini penanganan kurang menyentuh akar permasalahan.

Namun, jika temuan tunawisma oleh Risma ini tidak ditemukan oleh Pemprov DKI, maka ini juga bisa berdampak pada Risma. Menurutnya Risma bisa menjadi pembicaraan masyarakat.

Namun Nasrullah menegaskan pembuktian pencitraan itu justru akan memakan energi. Dia menyarankan sebaiknya Kemensos dan Pemprov DKI Jakarta bahu membahu membangun dan blusukan bersama ke pinggiran kota Jakarta.

PAN DKI Jakarta menilai tunawisma memang betul-betul ada di DKI Jakarta.

“Masalah tunawisma itu memang benar ada kok, sama seperti banjir sudah menjadi masalah abadi di Jakarta,” ujar Penasehat Fraksi PAN DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani saat dihubungi, Senin (6/1/2021).

Zita meminta Anies untuk lebih memperhatikan lagi kondisi tunawisma di Jakarta. Karena, kata dia, bukan hanya tunawisma, tetapi tunawisma anak-anak dan orangtua pun ada di Jakarta.

Kemudian Zita juga mengapresiasi jika Risma atau pejabat lainnya sekelas menteri mau turun langsung ke lapangan. Tindakan itu dinilai sebagai pemimpin yang memberi contoh.

Golkar menyoroti pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat (pempus) dan pemerintah daerah (pemda).

“Inilah pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing,” ujar Ace Hasan Syadzily kepada wartawan, Kamis (7/1/2021).

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu mengatakan, jika Risma melibatkan Dinas Sosial DKI Jakarta saat melakukan blusukan, tidak akan ada kesimpangsiuran terkait polemik tunawisma di Sudirman-Thamrin Jakarta.

Ace kemudian mendorong pemerintah pusat melibatkan pihak terkait jika melakukan suatu kegiatan. Ia berharap koordinasi atas suatu masalah dapat ditindaklanjuti bersama.

Ace mengatakan penanganan masalah sosial merupakan urusan yang bersifat konkuren. Hal itu, menurut dia, menjadi ranah antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Warganet Curiga

Tunawisma

Aksi blusukan Menteri Sosial Tri Rismahari ke sejumlah titik di wilayah DKI Jakarta mulai dari bantaran Sungai Ciliwung hingga kawasan Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin menuai sorotan publik.

“Bu Risma” menjadi topik yang ramai diperbincangkan warganet di Twitter pada Rabu (6/1/2021). Lebih dari 14.000 orang membuat twit berkait topik tersebut. Narasi yang hadir dalam cuitan dan balasan komentar netizen di Twitter milik Andi seolah-olah gelandangan yang ditemui Risma diatur sedemikian rupa atau direkayasa.

“Gembel ternyata bisa menjadi profesi yang menguntungkan, bisa ikut drakor tanpa casting pastinya,” tulis akun @Andhy_SP211 dengan retweet sebanyak 134 kali serta disukai 253 kali.

Dalam cuitannya, Andi menyertakan dua foto yang terdapat wajah seorang tunawisma berambut, berkumis putih, bertopi hitam, coklat, dan memakai masker. Ada juga yang menyebarkan tangkapan layar dari sebuah unggahan akun Facebook yang bernama Adhe Idol.

“Kalau yang menghadap ke depan atau yang rambutnya putih/ubanan itu kek kenal itu, tukang jualan poster Soekarno. Memang dia orang PDI-P. Lokasi jualannya Jalan Minangkabau Manggarai. Selain itu dia jualan es kelapa muda juga. Terciduk juga,” tulis Adhe Idol.

“Wah bocor nih scenario,” tulis akun Yuli Widyaningsih.

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (7/1/2021). Tunawisma ternyata tersebut bernama Nur Saman (69). Keberadaan Nur Saman ditunjukkan oleh Doni BK, pemilik toko poster dan bingkai Bung Karno di Jalan Minangkabau, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Doni BK pun sempat diisukan merupakan tunawisma yang ditemui Risma di Jalan Jenderal Sudirman. Namun, Doni telah membantah kabar tersebut.

Nur Saman saat itu sedang duduk di pinggir Kali Minangkabau. Ia berada sekitar 50 meter dari toko poster dan bingkai Bung Karno serta warung es kelapa muda yang disebut Adhe Idol dalam unggahan Facebook.

Di sekitar Nur Saman, ada barang-barang seperti botol air mineral, terpal, potongan-potongan ban dalam, buku, tas, koper, dan korek api.   Ia sedang duduk dan memperbaiki sebuah sandal sembari merokok.

Nur Saman mengaku bekerja sebagai pemulung dan bekerja serabutan. Ia juga terkadang membantu menambal ban di depan warung es kelapa muda. “Terus di depan tukang kelapa, buka tambal ban juga. Kalau pegawainya enggal ada, saya bantuin tambal. Nanti tambal tiga motor, saya dapat satu motor. Satu motor Rp 15.000. Uangnya makan saja,” tambah Nur Saman.

Saat ditanya pernah bertemu Risma, Nur Saman menjawab pernah bertemu tetapi tak ingat pasti. Saat dikonfirmasi pakaian dan topi yang dikenakan Nur Saman, ia membenarkan. “Ketemu sih ketemu (Bu Risma), cuma kan saya enggak tahu yang mana orangnya (Bu Risma). Saya enggak kenal,” ujar Nur Saman saat ditemui, Kamis (7/1/2021).

Nur Saman mengaku sempat terkena razia. Ia saat itu sedang memulung di Jalan Jenderal Sudirman bersama teman-temannya.

“Iya. Ketemu ramai-ramai saya enggak tahu. Saya Jalan ke arah Kota Kasablanka mutar ke mari (Jalan Minangkabau). Ketemu (Risma) di sana (Jalan Jenderal Sudirman),” tambah Nur Saman.

Tunawisma

Nur Saman setiap hari memulung barang-barang seperti kardus dan botol. Rute Nur Saman saat memulung yaitu Pasar Rumput, Halimun, Sudirman, Kota Kasablanka, Saharjo, dan Minangkabau.

“Saya asli Kabupaten Indramayu. Di Jakarta sejak kelas 2 SD. Istri di Jawa, Indramayu,” kata Nur Saman. Nur Saman mengaku sehari-hari tidur di trotoar jalan dekat Jalan Minangkabau beralaskan terpal dan kardus. Jika hujan, Nur Saman pindah ke emperan toko di sekitar Minangkabau.

Source: detikcom/kompas.com

spot_img

Trending Topic

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA