Kemunculan Anies Baswedan di Pilpres 2024 memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia akan hadirnya perubahan gaya kepemimpinan nasional, sosok Anies bagaikan magnet yang dengan cepat menarik elemen-elemen bangsa pro-perubahan, sekaligus menjadi antitesa dari rezim pemerintahan Jokowi.
Bahkan situasi kekinian kembali menyegarkan ingatan kita pada sosok SBY yang juga mengusung tagline “Perubahan” untuk mengakhiri kepemimpinan Megawati Soekarno Putri sang incumbent pada Pilpres 2004 yang berasal dari partai yang sama dengan Presiden Jokowi.
Akankah tagline “Perubahan” yang kembali ditawarkan oleh Anies bersama Koalisi Perubahan dan segenap elemen pro-perubahan sebagai pengusung dan pendukung Anies mampu meraih hasil gemilang sebagaimana yang telah diraih oleh pak SBY. Oleh karenanya menjadi penting sekali membedah potensi Anies Baswedan untuk melihat peluang keterpilihan Anies pada Pilpres nanti.
Anies Baswedan Sebagai Kader Ummat dan Kader Bangsa
Membaca latar belakang organisasi dan kepemimpinan Anies Baswedan, maka cukup tergambar bahwa sosok Anies Baswedan pernah ditempa oleh organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
Sebagai organisasi Mahasiswa terbesar di Republik dengan Mission Keummatan dan Kebangsaan, HMI cukup ulet menyiapkan kader-kader terbaiknya untuk menjadi pemimpin bangsa yang moderat dengan sekaligus dua tanggungjawab, tanggungjawab keummatan dan tanggunggungjawab kebangsaan.
Dukungan yang terus meluas dari hampir seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai latar organisasi dan profesi membuktikan kepiawaian Anies Baswedan dalam merajut dan merekat elemen-elemen keummatan dan kebangsaan.
Polarisasi Kekuatan Ummat
Bagi penulis, dalam setiap perhelatan Pilpres Ummat selalu menjadi penentu, tergantung kepada siapa kepemimpinan nasional dipercayakan maka sosok itulah yang keluar sebagai pemenang, rasionalisasinya sederhana sekali, karena secara kuantitas Ummat adalah kekuatan mayoritas.
Dan tak terbantahkan lagi bahwa dinamika dukungan ummat sangat dipengaruhi oleh para pemimpin ummat baik yang ada di partai politik, ormas-ormas Islam maupuan di kelompok-kelompok pengajian, mereka adalah figur-figur yang menjadi panutan.
Akhir-akhir ini penulis menemukan hal yang menarik dalam perkembangan pemikiran tentang relasi Islam dan Politik dan ini semakin menarik karena memiliki kaitan secara khusus dg sosok Anies yang tengah digadang-gadang menjadi Presiden RI ke-8. Dengan berbagai analisis, hemat penulis kekuatan politik Ummat setidaknya terpolarisasi kepada 3 kelompok pemikiran keagamaan;
Kelompok Islam Politik
Gagasan besarnya menjadikan Islam sekaligus sebagai asas/ ideologi perjuangan, bahwa Islam tidak hanya berkutat pada aspek ibadah semata tapi juga mengatur segala aspek kehidupan, diantaranya kehidupan politik dan ekonomi.
Pada sayap partai politik, di awal Republik ini berdiri yakninya pada masa orde lama kita mengenal adanya Partai Masyumi, PPP melanjutkannya pada masa orde baru dan pasca Reformasi ’98 dilanjutkan oleh partai-partai yg berazas Islam seperti PK(S),PPP&PBB.
Pada sayap Ormas Islam maka Kelompok Islam Politik secara terbuka menegaskan bahwa perjuangan politik menjadi hal yang tak terpisahkan dari perjuangan dakwah, diantara Ormas Islamnya adalah DDII, PUI, PERSIS, PA 212 dll.
Kelompok Islam Nusantara
Gagasan Islam Nusantara terlihat sering dikampanyekan oleh Ormas Islam Nahdatul Ulama (NU), bahkan Kelompok Islam Nusantara mulai melembagakan diri melalui kader-kadernya yang duduk di pemerintahan khususnya di Kementrian Agama.
Sikap politik Kelompok Islam Nusantara kerap bersebrangan dengan Kelompok Islam Politik, dan malah lebih cendrung membangun koalisi dengan kelompok nasionalis.
Pada Pilpres 2004 dukungan Kelompok Islam Nusantara diberikan kepada pak SBY dari partai nasionalis bukan kepada pak Amien Rais yang diusung oleh Kelompok Islam Politik, sama halnya dengan lebih memilih mendampingi pak Jokowi di pilpres 2019 ketimbang berkoalisi dengan pak Prabowo yang sedang kuat-kuatnya didukung oleh Kelompok Islam Politik, dengan PA 212 berada di garda terdepannya.
Kelompok Islam Moderat
Kelompok Islam moderat lebih mengambil posisi tengah dan agak lebih elastis dalam relasi Islam dan politik, pemimpin dan para kadernya lebih mudah diterima oleh Kelompok Islam Politik dan Kelompok Islam Nusantara.
Tokoh-tokoh Kelompok Islam Moderat banyak berasal dari kalangan akademisi dan ulama yang mungkin merasa tidak berkepentingan menegaskan pilihan partai politiknya. HMI/KAHMI dan Muhammadiyah termasuk dua diantara banyak organisasi Islam yang bisa dimasukkan ke Kelompok Islam Moderat.
Dari Sosoknya sebagai politisi non-parpol yang moderat, Anies dinilai sebagai figur yang paling pas mewakili Kelompok Islam Moderat.
Peluang Anies Baswedan sebagai Kader Ummat di Pilpres
Poin penting yang ingin penulis sampaikan dibagian penutup tulisan singkat ini adalah tentang bagaimana peluang Anies di Pilpres 2024.
Dari beberapa analisa di atas ada beberapa kesimpulan yang bisa kita tarik; pertama bahwa kader ummat memang selalu dihadapkan pada kenyataan pahit setiap perhelatan pilpres sejak era reformasi, ini disebabkan karena elemen keummatan tidak satu pandangan dalam melihat relasi Islam dan Politik.
Kedua, Figur calon presiden dan kelompok pengusung/pendukung calon presiden pada beberapa kali pilpres sebelumnya baru mewakili Kelompok Islam Politik sehingga belum mendapat dukungan dari Kelompok Islam Nusantara.
Ketiga, dengan telah terbentuknya “Koalisi Perubahan” yang mengusung Anies Baswedan yang mewakili kelompok Islam Moderat, maka Anies diyakini menjadi figur alternatif terbaik dari kader ummat untuk merebut pucuk kepemimpinan nasional, kepiawaian sosok Anies dan Korp HMInya tentu akan menjadi modal besar untuk menarik dukungan yang luas dari semua kelompok Islam.
Dan koalisi 3 partai, PKS, Nasdem dan Demokrat (koalisi Islam dan Nasionalis) semakin memberikan harapan bagi Anies untuk bisa terpilih sebagai Presiden RI ke-8 di Pilpres 2024, wallahu a’lam bisshawab.