Iklan
Iklan

BPOM Rilis 8 Obat Tradisional Ilegal Berbahaya Bagi Ginjal dan Hati

- Advertisement -
BPOM merilis daftar obat tradisional ilegal beredar yang berbahaya bagi organ tubuh. Sepanjang 2022 saja, ada 777 kasus obat tradisional yang tidak memiliki izin edar hingga mengandung bahan kimia obat (BKO).

“Jika tetap dikonsumsi, efek pemberian BKO pada obat tradisional bisa membahayakan ginjal dan hati. Setiap produk obat tradisional ilegal tanpa izin edar BPOM RI, juga tidak terjamin manfaat, khasiat, hingga mutunya,” ujara Kepala BPOM Penny Lukito, Selasa (4/7).

Tak cuma di pasaran, obat tradisional ilegal berbahaya juga banyak beredar di marketplace. Jumlahnya lebih banyak dari suplemen ilegal.

“Sementara berdasarkan hasil patroli siber obat dan makanan ilegal periode Januari 2022 sampai dengan April 2023, peredaran obat tradisional ilegal ditemukan pada 57.826 tautan link beragam marketplace,” jelas Penny.

“Persentasenya lebih tinggi dari temuan suplemen kesehatan ilegal di 3,51 persen atau sekitar 20 ribu tautan link,” imbuhnya.

Inilah daftar 8 obat tradisional ilegal berbahaya untuk ginjal dan hati:

  • Tawon Klanceng (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Montalin (ditemukan hampir di seluruh pulau di Indonesia) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Wantong (Sumatera, Jawa, Kalimantan, NTT dan NTB) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Xian Ling (Jawa, Kalimantan, dan NTT) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Gelatik Sari Manggis (Sumatera, Jawa, NTT) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Pil Sakit Gigi Pak Tani (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, NTT dan Papua) Tanpa izin edar dan mengandung BKO
  • Kuat Lelaki Cap Beruang (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan)
  • Minyak Lintah Papua (Sumatera Bali, Kalimantan) Tanpa izin edar

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA