PM Israel tengah berupaya mempercepat izin senjata bagi warganya agar lebih banyak terjadi kekerasan terhadap rakyat Palestina. Memang, akhir-akhir ini kekerasan terhadap rakyat Palestina meningkat tajam terutama di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia akan mempercepat izin senjata untuk warga Israel dan untuk meningkatkan upaya mengumpulkan “senjata ilegal”.
Pemimpin Yahudi ini juga menjanjikan langkah-langkah baru untuk “memperkuat” permukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Langkah tersebut diumumkannya setelah diadakan pertemuan kabinet keamanan Netanyahu yang diisi oleh politisi garis keras.
Sebelumnya terjadi dua penembakan dalam sebuah serangan di Yerusalem Timur. Tujuh orang tewas dalam peristiwa yang terjadi di luar sebuah sinagoge Yerusalem Timur pada Jumat kemarin.
Penembakan itu terjadi menjelang akhir bulan konfrontasi dan menyusul serangan Israel di kota Jenin, Tepi Barat. Peristiwa ini telah menewaskan sembilan warga Palestina karena terjadi baku tembak antara Israel dan Gaza.
Secara keseluruhan, pasukan Israel telah menewaskan 32 warga Palestina bulan ini.
Pemerintah Israel yang baru yang baru dilantik bulan lalu itu merupakan sayap kanan paling banyak dalam sejarah negara itu dan telah memicu kekhawatiran bagi warga Palestina. Terutama warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer Israel ilegal di Tepi Barat dan di Israel, serta israel sayap kiri.
Menteri keamanan Israel Itamar Ben-Gvir dan menteri keuangan Bezalel Smotrich, keduanya blak-blakan tentang niat mereka untuk memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki dan aneksasi tanah Palestina, dan terkenal karena menghasut kekerasan terhadap warga Palestina.
Keduanya adalah pemukim yang tinggal jauh di dalam Tepi Barat yang diduduki.
Menurut kementerian kesehatan Otoritas Palestina, lebih dari 200 warga Palestina terbunuh pada 2022. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan itu adalah tahun paling mematikan bagi warga Palestina dalam 16 tahun.
Di antara mereka yang tewas adalah jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh. Jurnalis Al Jazeera ini ditembak mati oleh pasukan Israel dengan peluru di kepala. Peristiwa itu terjadi akibat serangan militer di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki pada Mei.
Bulan lalu, Al Jazeera Media Network mengajukan permintaan resmi ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki dan menuntut mereka yang bertanggung jawab.
Editor Diplomatik Al Jazeera James Bays, melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki, mengatakan rencana Netanyahu untuk menyetujui lebih banyak izin senjata untuk warga Israel pada saat polisi Israel juga mendorong mereka yang memiliki lisensi yang ada untuk membawa senjata mereka.