Sejak aturan wajib hijab dicabut oleh pemerintahan Arab Saudi, potongan rambut pendek mulai dikenal secara lokal dengan kata bahasa Inggris “boy” telah menjadi mencolok terlihat di jalan-jalan ibu kota Arab Saudi.
Tren baru ini muncul setelah wanita Arab Saudi mencabut aturan wajib hijab, sesuai reformasi sosial yang didorong oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), penguasa de facto Arab Saudi.
Di salah satu salon di pusat kota Riyadh, permintaan untuk potongan rambut “boy” telah melonjak setelah aturan wajib hijab dicabut. “Tujuh atau delapan dari 30 pelanggan memintanya pada hari tertentu,” ujar Lamis, seorang penata rambut.
Dia mengaku bahwa tampilan ini menjadi sangat populer sekarang ketika tanpa hijab. Permintaannya meningkat, terutama setelah perempuan memasuki pasar tenaga kerja.
“Faktanya banyak wanita tidak mengenakan hijab (memilih potongan pendek) telah menyoroti penyebarannya,” ujarnya.
Lamis mengatakan, perkembangan tren ini telah mendorong lebih banyak pelanggan untuk mencobanya, terutama wanita di akhir usia belasan dan dua puluhan.
Kebijakan baru Pangeran MBS dengan mencabut aturan wajib hijab bukanlah faktor tunggal menjamurnya tren potongan rambut pendek di kalangan wanita Arab Saudi ini.
Penyebab lainnya adalah karena semakin banyak wanita kini bisa bergabung dengan angkatan kerja, bagian utama dari upaya pemerintah untuk membangun kembali ekonomi Saudi.
Banyak wanita pekerja yang diwawancarai oleh AFP memuji potongan “boy” sebagai alat untuk menavigasi kehidupan profesional baru mereka.
Mereka menggambarkan potongan “boy” (anak laki-laki) sebagai alternatif praktis dan profesional dari gaya yang lebih panjang, yang mungkin mereka sukai di masa prakerja mereka sebelumnya.
Dokter Saudi Safi, yang mengambil pekerjaan baru di sebuah rumah sakit di ibu kota, mengaku memutuskan untuk memadukan tampilan jas lab putih standarnya dengan gaya yang dulu pernah dianggap dramatis.
Berjalan ke salon Riyadh, dia memerintahkan penata rambut untuk memotong pendek rambutnya yang panjang dan bergelombang sampai ke leher, gaya yang semakin populer di kalangan wanita pekerja di kerajaan konservatif itu.
Bagi Safi, yang meminta untuk diidentifikasi dengan nama samaran untuk menjaga anonimitasnya, tampilan ini juga berfungsi sebagai bentuk perlindungan dari perhatian laki-laki yang tidak diinginkan, dan memungkinkan dia fokus pada pasiennya.
“Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita. Gaya ini seperti perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberi saya kekuatan,” katanya.
Arab Saudi secara tradisional melarang pria yang “meniru wanita” atau memakai pakaian wanita, dan sebaliknya.
Sementara itu, Rose, seorang pramuniaga sepatu berusia 29 tahun di mal Riyadh, melihat potongan pendek rambutnya merupakan cara untuk menegaskan kemandiriannya dari pria, bukan meniru mereka.
“Itu memberi saya kekuatan dan kepercayaan diri… Saya merasa berbeda, dan mampu melakukan apa yang saya inginkan tanpa perwalian siapa pun,” kata Rose, yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya.
Ia juga menjelaskan, pada awalnya, keluarganya menolak jenis potongan tersebut. Karena, itu merupakan sebuah hal yang baru.
“Awalnya keluargaku menolak potongan ini, tapi lama kelamaan mereka terbiasa,” imbuhnya.
Penerimaan tersebut sebagian mencerminkan pengaruh dari bintang Arab seperti artis Yasmin Raeis atau penyanyi Shirene, yang telah mengadopsi gaya tersebut, menurut stylist Mesir Mai Galal.
“Wanita yang memotong rambutnya dengan cara ini adalah wanita yang karakternya kuat karena tidak mudah bagi wanita untuk membuang rambutnya,” kata Galal kepada AFP.
Nouf, yang bekerja di sebuah toko kosmetik, menggambarkan pesan di balik tren potongan “boy”.
“Kami ingin mengatakan bahwa kami ada, dan peran kami dalam masyarakat tidak jauh berbeda dengan peran laki-laki di masyarakat,” ucapnya.
Rambut pendek, tambahnya, adalah “pertunjukan kekuatan wanita,” lanjutnya.
Pencabutan aturan wajib hijab hanyalah salah satu dari banyak perubahan bagi wanita Saudi di bawah Pangeran Mohammed, yang dinobatkan sebagai pewaris ayahnya yang berusia 86 tahun, Raja Salman, lima tahun lalu.
Wanita Saudi tidak lagi dilarang mengikuti konser dan acara olahraga. Pada 2018, wanita Arab Saudi juga diperbolehkan mendapatkan hak untuk mengemudi.
Tidak hanya aturan wajib hijab yang dicabut, Kerajaan Saudi juga melonggarkan apa yang disebut aturan perwalian, yang berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.
Meski begitu, reformasi semacam itu masih disertai dengan tindakan keras terhadap aktivis hak-hak perempuan, yang merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas melawan perbedaan pendapat.
Mendapatkan lebih banyak perempuan untuk bekerja, adalah komponen utama dari rencana reformasi Visi 2030 Pangeran MBS, untuk membuat Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak.
Rencana tersebut awalnya menyerukan agar perempuan menyumbang 30 persen dari angkatan kerja pada akhir dekade ini.
“Tetapi, angka itu sudah mencapai 36 persen,” ujar Asisten Menteri Pariwisata Kerajaan Putri Haifa Al-Saud kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos bulan lalu.
“Kami melihat perempuan hari ini di setiap jenis pekerjaan,” kata Putri Haifa, mencatat bahwa 42 persen usaha kecil dan menengah adalah milik perempuan.