Gedung kongres Amerika Serikat mencekam setelah beberapa jam dikuasai oleh pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu aula kongres untuk mengganggu pengesahan kemenangan Joe Biden.
Di tengah suasana mencekam itu, para pengunjuk rasa dengan bebas menjelajahi kompleks Capitol, termasuk ruang Senat, di mana seorang pria berdiri di kursi presiden Senat dan berteriak, ‘Trump memenangkan pemilihan itu!’
Dilansir dari CNBC pada Kamis 7 Januari 2020, beberapa petugas penegak hukum mengatakan seorang wanita yang ditembak di dalam gedung gedung kongres atau capitol meninggal. Hal itu lantaran dua alat peledak rakitan ditemukan di halaman Capitol.
Hal itu dikuatkan dengan beredarnya sebuah video di media sosial menunjukkan seorang wanita jatuh dari jendela pintu di Capitol, setelah ditembak oleh petugas penegak hukum yang akan mengamankan situasi.
Sedangkan, Wakil Presiden Mike Pence, yang telah memimpin penghitungan suara Electoral College, dilarikan dari Senat ketika kompleks Capitol diisolasi oleh pendukung Trump yang mulai membanjiri gedung.
Pada saat pengambilan suara Electoral College kericuhan pecah di gedung kongres AS, di mana berdasarkan gambar yang tersebar terlihat seorang pengunjuk rasa yang tergantung di balkon ruang Senat, seorang wanita bersimbah darah di atas tandu, dan polisi Capitol menodongkan senjata ke lantai Dewan Perwakilan Rakyat.
Kemudian, anggota kongres terlihat mengenakan alat pernapasan plastik di atas kepala mereka untuk melindungi diri dari gas air mata. Bahkan, gambar pengunjuk rasa yang duduk di meja Pelosi, dengan tulisan tangan bertuliskan, ‘KAMI TIDAK AKAN MUNDUR.’
Beberapa jam setelah kerusuhan dimulai, pihak berwenang mulai melemparkan granat flash-bang dan menyebarkan gas air mata ke kerumunan orang di depan gedung Capitol. Kerusuhan ini dinilai sebagai upaya kudeta yang dilakukan pendukung Trump.
Sedangkan, Senator Republik Mitt Romney dari Utah menyalahkan Trump atas kerusuhan itu. “Inilah yang disebabkan oleh presiden hari ini, pemberontakan ini,” kata Romney, calon presiden GOP 2012.
Sebelumnya, Trump dalam rapat umum di luar Gedung Putih, telah mendorong ribuan pendukung untuk berbaris ke Capitol untuk memprotes hasil pemilu.