Penghina Nabi Muhammad Salman Rushdie Ternyata Ditikam Sebanyak 15 Kali

- Advertisement -
Novelis kontroversial yang sebelumnya dikenal sebagai penghina Nabi Muhammad, Salman Rushdie hingga saat ini kondisi kesehatannya belum stabil. Salman Rushdie masih menggunakan ventilator atau alat bantu nafas dan organ bagian dalam tubuhnya rusak.

Penghina Nabi Muhammad ini ditinju, dipukul, dan ditikam sampai 15 kali di bagian dada dan leher. Penulis berusia 75 tahun itu terancam buta dan masih sadar.

Salman Rushdie yang gara-gara novelnya The Satanic Verses disebut sebagai penghina Nabi Muhammad:

Novel keempat Salman Rushdie yang berjudul The Satanic Verses atau Ayat-Ayat Setan terbit pertama kalinya pada 1988. Gara-gara isi novelnya, pemimpin revolusioner Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengucapkan ancaman untuk Salman pada 14 Februari 1989.

Novel keempat sang penulis menceritakan tokoh utama yang bernama Mahound (yang kemungkinan besar merujuk pada Muhammad) diceritakan secara kilas balik paralel dengan dua tokoh utama lainnya Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha. Sebagian ceritanya terinspirasi dari kisah hidup Muhammad.

Bagi umat Muslim, novel The Satanic Verses penuh dengan SARA sampai tidak boleh beredar di India. Novelnya pun menyulut kerusuhan di Pakistan dan beberapa negara mayoritas Islam lainnya di dunia.

Salman Rushdie dianggap sebagai penghina Nabi Muhammad karena berani menggambarkan Nabi ke-25 itu secara blak-blakan.

Novelis yang lahir di India dari keluarga muslim itu menyebabkan kerusuhan massal. Di Mumbai, 45 orang tewas akibat kerusuhan buku.

Akibat kerusuhan tersebut, berbagai pihak yang mencoba menerbitkan dan menerjemahkan juga mendapat ancaman pembunuhan.

Pada 1991, seorang penerjemah Jepang, Hitoshi Igarashi, dari buku The Satanic Verses ditikam sampai mati. Seorang penerjemah Italia, Ettore Capriolo, selamat dari serangan pisau ketika berada di apartemen di Milan.

Di Turki, penerjemah The Satanic Verses, Aziz Nesin berhasil kabur dari upaya pembakaran hotel saat meninggal. Tapi 33 tamu lainnya yang sedang menginap tewas dalam kebakaran, kemungkinan besar peristiwa tersebut karena ia menginap di sana. Pada 1993, penerbit buku asal Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.

Buku yang dinilai sebagai penghina Nabi Muhammad ini dilarang di Iran, negara tempat mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa 1989, atau dekrit yang menyerukan kematian Salman Rushdie. Khomeini meninggal di tahun yang sama.

Sebelum dinyatakan tidak bersalah sampai 11 September 2001 ia hidup dalam ketakutan dan berbagai ancaman pembunuhan dilontarkan padanya. Selama bersembunyi, ia menggunakan nama samaran dan jarang muncul ke hadapan publik.

Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan sudah mulai aktif lagi muncul di banyak acara sejak 2001.

“Kita hidup di dunia yang kadang subyek berubah dengan sangat cepat. Ini adalah subyek yang sangat tua. Sekarang ada banyak hal lain yang perlu ditakutkan dan orang lain bisa saja dibunuh,” ujarnya.

spot_img

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA