Situasi di Ukraina makin mencekam setelah pasukan Rusia terlibat dalam pertempuran sengit yang didukung oleh tembakan artileri yang meluas saat mereka melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Donetsk, Ukraina.
Suasana mencekam ini kian terasa karena terjadinya pertempuran sengit di tepi wilayah Luhansk, gubernurnya Serhiy Gaidai mengatakan kepada televisi Ukraina, bahwa tentara reguler Rusia dan pasukan cadangan telah dikirim ke sana dalam upaya nyata untuk menyeberangi Sungai Donets Siverskiy.
“Mereka mengalami kerugian yang cukup besar,” kata Gaidai, dikutip dari Reuters.
“Beberapa batalyon telah dipindahkan ke sana untuk menambah jumlah yang mereka butuhkan…. Mereka tidak membawa semua yang terluka. Rumah sakit penuh sesak seperti kamar mayat,” tambahnya.
“Masih banyak penembakan di wilayah Luhansk dan Donetsk. Mereka menembaki semua yang ada di jalan mereka.”
Namun, Reuters tidak dapat memverifikasi komentarnya secara independen.
Donetsk dan Luhansk terdiri dari Donbas, bagian timur industri Ukraina yang telah menyaksikan pertempuran terbesar di Eropa selama beberapa generasi.
Rusia mengatakan ingin merebut kendali seluruh Donbas dari Ukraina atas nama separatis yang didukung Moskow di dua republik rakyat yang memproklamirkan diri.
Setelah pasukan Rusia pada hari Minggu mengambil alih Lysychansk, benteng terakhir perlawanan Ukraina di Luhansk, para pejabat Ukraina mengatakan mereka sekarang mengharapkan Moskow untuk memfokuskan upayanya terutama di kota-kota Sloviansk dan Kramatorsk di Donetsk.
Pada hari Selasa, pasukan Rusia menyerang pasar dan daerah perumahan di Sloviansk, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai tujuh orang, ujar pejabat setempat.
Situasi mencekam itu juga dilaporkan oleh seorang reporter Reuters ketika berada tempat kejadian, ia melihat asap kuning mengepul dari toko perlengkapan mobil, dan kobaran api melalap deretan kios pasar saat petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api.
Gubernur regional Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan Sloviansk dan Kramatorsk di dekatnya telah mengalami penembakan berat semalam. “Tidak ada tempat yang aman tanpa penembakan di wilayah Donetsk.”
Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” untuk mendemiliterisasi negara itu, membasmi kaum nasionalis, dan melindungi penutur bahasa Rusia.
Akibat situasi yang makin mencekam ini, Kyiv dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perampasan tanah bergaya kekaisaran yang tidak beralasan di sesama bekas republik Soviet, dan menuduh Moskow melakukan kejahatan perang.