Alexey Navalny, tokoh oposisi Rusia yang dikenal sebagai musuh politik Presiden Vladimir Putin, ditangkap polisi di Bandara Sheremetyevo Moskow setelah kembali dari Jerman, Minggu malam.
Alexey Novalny ditangkap saat kembali ke negaranya setelah terbang ke Jerman sejak musim panas lalu untuk memulihkan diri setelah dilaporkan diracun dengan racun saraf Novichok.
Minggu malam ia bersama istrinya dan penumpang lainnya meninggalkan pesawat dan pergi ke terminal dengan bus. Tokoh oposisi kemudian ditangkap saat tiba di meja imigrasi.
Otoritas penjara Rusia telah mengonfirmasi penahanan tersebut. Menurut otoritas tersebut yang dikutip Russia Today, Alexey Navalny—yang diburu karena melanggar persyaratan pembebasan hukuman masa percobaannya dari kasus pidana sebelumnya—akan tetap ditahan sampai pengadilan memutuskan pembatasan pra-sidang terhadapnya.
Terkait penangkapan ini, Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Joe Biden, mengeritik Moskow dan menyebut Penangkapan tokoh oposisi Rusia ini “bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi penghinaan terhadap rakyat Rusia yang ingin suara mereka didengar.”
“Saudara Navalny harus segera dibebaskan, dan para pelaku serangan keji atas nyawanya harus dimintai pertanggungjawaban,” tulis Jake Sullivan di Twitter hari Senin (18/1/2021).
Sementara, Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga mencuit di Twitter: “Penahanan Alexey Navalny setibanya di Moskow tidak dapat diterima. Saya minta pihak berwenang Rusia untuk segera membebaskannya.”
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell lewat Twitter mengatakan, “politisasi peradilan tidak dapat diterima.”
Sedangkan, Prancis menyatakan “keprihatinan mendalam” atas penahanan tokoh oposisi Rusia itu. “Bersama dengan mitra Eropa kami, (Prancis) mengikuti situasinya dengan kewaspadaan terbesar dan menyerukan pembebasannya segera,” kata kementerian luar negeri Prancis dalam sebuah pernyataan. Beberapa negara Eropa menuntut pemberlakuan sanksi terhadap Rusia.
Kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan, pihak berwenang Rusia melakukan “kampanye tanpa henti” untuk membungkam Navalny.
“Penangkapan Navalny adalah bukti lebih lanjut bahwa pihak berwenang Rusia berusaha membungkamnya. Penahanannya hanya menggarisbawahi pentingnya tuntutan untuk menyelidiki tuduhan bahwa dia diracun oleh agen-agen negara yang bertindak atas perintah dari tingkat tertinggi,” kata Natalia Zviagina, Direktur Amnesty International Moskow.
Polisi menahan Alexei Navalny pada hari Minggu (17/01) di Bandara Sheremetyevo Moskow kurang dari satu jam setelah dia tiba dari Jerman. Pesawat itu rencananya mendarat di bandara Moskow lainnya, Vnukovo, di mana beberapa ratus pendukung dan media sedang menunggu. Namun pada menit-menit terakhir, pesawat itu dialihkan ke Bandara Sheremetyevo.
Beberapa rekan Navalny yang menunggu di bandara juga ditahan, termasuk aktivis Moskow Lyubov Sobol. Navalny berada di Jerman untuk menjalani perawatan setelah diracuni dengan agen saraf Novichock di Rusia, Agustus 2020.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam sebuah unggahan di Facebook menuntut para pemimpin asing untuk “menghormati hukum internasional” dan “menangani masalah di negara Anda sendiri”.
Penjara Rusia yang mengeluarkan perintah eksekusi penahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan, Alexei Navalny ditahan karena “beberapa pelanggaran” atas hukuman percobaan dari tahun 2014, dan menambahkan bahwa “dia akan tetap ditahan” sampai ada keputusan baru dari pengadilan.