Militer Israel melakukan serangan darat secara intensif di Gaza. Serangan yang secara brutal itu dilakukan Israel di tengah peringatan Palang Merah Internasional agar pembunuhan warga sipil Palestina untuk segera dihentikan.
Namun, militer israel justru memperingatkan perangnya terhadap Hamas akan “panjang dan sulit,”. Israel juga mengumumkan perang telah memasuki “tahap kedua,” dengan pasukan darat masih beroperasi di dalam wilayah yang dikelola Hamas lebih dari 24 jam setelah memasukinya pada hari Jumat.
PBB mengatakan ribuan warga sipil lainnya bisa tewas di Gaza.
Israel mengumumkan pemboman besar-besaran setelah orang-orang bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan Gaza pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menangkap 230 sandera.
Sejak itu, serangan militer Israel tanpa henti di Gaza bahkan telah menewaskan lebih dari 8.000 orang, setengah dari mereka anak-anak. Hal itu dismpaikan oleh kementerian kesehatan yang dikendalikan Hamas di wilayah tersebut.
Sementara itu, komunikasi secara bertahap dipulihkan di Gaza pada hari Minggu setelah pemadaman lebih dari 24 jam. Ribuan bangunan telah diratakan di wilayah yang penuh sesak dari 2,4 juta orang, dengan lebih dari setengah populasi mengungsi ketika Israel memberlakukan pengepungan total.
Mirjana Spoljaric, presiden Komite Palang Merah Internasional, menyuarakan keterkejutannya pada Sabtu “tingkat penderitaan manusia yang tak tertahankan,” mendesak semua pihak untuk mengurangi konflik.
“Ini adalah kegagalan besar yang tidak boleh ditoleransi dunia.”
Namun meskipun seruan semakin intens untuk mengakhiri kekerasan. Namun, militer Israel mengatakan pihaknya mengintensifkan operasi daratnya, sambil terus memukul Gaza dari langit.
Pihak berwenang Hamas melaporkan hari Minggu sejumlah orang tewas semalam dalam serangan di dua kamp pengungsi di Gaza utara.
Komando Rumah Israel sebelumnya memperingatkan penduduk di kota-kota selatan Ashdod dan Ashkelon tentang serangan rudal dan roket yang masuk.
Serangan intens terhadap Hamas di Gaza sejak 2007, dengan mengerahkan pasukan darat Israel.
“Sejak Jumat malam, pasukan tempur gabungan lapis baja, insinyur tempur dan infanteri telah beroperasi di darat di Jalur Gaza utara,” kata tentara Israel Sabtu malam.
“Ini adalah tahap kedua perang yang tujuannya jelas: menghancurkan kemampuan militer dan kepemimpinan Hamas, dan membawa para sandera kembali ke rumah,” kata Netanyahu kepada wartawan.
Dia bersumpah untuk “membasmi” Hamas “demi keberadaan Israel.”
“Perang di Jalur Gaza akan panjang dan sulit dan kami siap untuk itu.”
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan bahwa sebelumnya Israel menyerang “di atas tanah dan di bawah tanah” dan menyinggung jaringan terowongan yang dibangun Hamas di bawah Gaza.
Sementara itu, jet tempur militer Israel menjatuhkan selebaran di atas Kota Gaza yang memperingatkan penduduk bahwa daerah itu sekarang menjadi “medan perang,” bahwa tempat penampungan di Gaza utara tidak aman, dan mereka harus “segera mengungsi” ke selatan.
Tentara menyampaikan peringatan serupa pada awal kampanyenya, namun banyak orang yang melarikan diri ke selatan telah kembali ke rumah setelah gagal mendapatkan perlindungan dari pemboman Israel.
Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk telah memperingatkan “kemungkinan konsekuensi bencana dari operasi darat skala besar di Gaza,” dan mengatakan “ribuan warga sipil” bisa meninggal.
Dan ketika Israel mengirim pasukan dan tank lebih jauh ke Gaza, para analis memperingatkan kemungkinan dampak buruk yang mengancam seluruh Timur Tengah, bahkan ketika ketakutan Barat meningkat bahwa Hizbullah yang didukung Iran dapat membuka front baru di perbatasan Lebanon.