Iklan
Iklan

Burj Khalifa: Gedung Mewah Tertinggi Dunia tapi Tak Punya Septic Tank

- Advertisement -
Dikenal sebagai gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa menjadi salah satu tempat yang ingin disambangi setiap traveler, meski sekali seumur hidup. Menjulang setinggi 828 meter, Burj Khalifa tak hanya dikenal sebagai gedung tertinggi di dunia  tetapi juga bangunan mewah dengan beragam fasilitas.

Dibangun dengan biaya sekitar 130 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 2 kuadriliun, sejatinya Burj Khalifa menjadi bangunan yang sempurna tanpa cela. Hanya saja, sebaik-baiknya karya manusia, pasti tidak ada yang sempurna. Nyatanya, ada satu sisi gelap yang dimiliki Burj Khalifa.

Ya, Burj Khalifa ternyata tidak memiliki septic tank atau tempat pembuangan kotoran. Sedikit ironis, bukan?

Dilansir kumparan, di balik kemegahan yang ditampilkannya, Burj Khalifa nyatanya harus bergantung dengan truk-truk pengangkut kotoran yang datang secara rutin untuk membersihkan sampah dari gedung tersebut.

Coba bayangkan kumpulan tinja seberat 15 ton harus diangkut keluar dari gedung 160 lantai ini menggunakan truk setiap harinya. Pemandangan truk berwarna oranye yang konvoi untuk membawa kotoran manusia, seolah-olah jadi pemandangan yang biasa.

Perjalanan pun tak berhenti sampai di sini. Untuk pembuangan ke tempat pemrosesan kotoran, truk-truk tersebut harus mengantre sangat panjang dan dapat memakan waktu hingga 24 jam.

Hal inilah yang membuat Burj Khalifa disebut-sebut sebagai salah satu gedung dengan sistem sanitasi yang buruk.

Lantas, kenapa tidak ada tempat pembuangan di Burj Khalifa?

Alasan Burj Khalifa Belum Memiliki Tempat Pembuangan

Arsitek yang mendesain, Adrian D. Smith, bukan sengaja tak membuat sistem sanitasi atau saluran pembuangan septic tank. Akan tetapi, pembangunan yang tanpa septic tank memanglah dibuat demikian.

Alasannya karena krisis yang terjadi pada tahun 2008 silam. Ketika gedung ini selesai dibangun, Dubai terkena dampak krisis yang cukup besar. Karena itulah, pengembang memutuskan untuk tidak membuat sistem saluran pembuangan ke kota.

Ditambah lagi, saat itu sistem sanitasi di sekitar gedung juga mengalami kerusakan. Jika saat itu gedung ini tetap kekeh untuk membangun saluran pembuangan, maka biaya yang dibebankan semakin besar dan penyelesaian gedung juga akan mundur dari yang sudah dijadwalkan.

Pihak pengembang meyakini dengan mengangkut kotoran manusia setiap hari menggunakan truk adalah cara yang mudah dan murah.

Hanya saja, hal tersebut kini jadi masalah, karena gedung yang dihuni 35 ribu orang tersebut menghasilkan sampah belasan ton per hari. Pengangkutan kotoran setiap hari menggunakan truk juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Karena itulah, akhirnya mereka memiliki rencana untuk membangun kembali sistem pembuangan limbah atau septic tank. Pembangunan septic tank tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, karena diperkirakan baru selesai pada tahun 2025 mendatang.

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA