Iklan
Iklan

Megahnya Perayaan Hari Kemerdekaan Sri Langka ke 75 di Tengah Krisis Ekonomi yang Mengerikan

- Advertisement -
Hari Kemerdekaan Sri Langka ke 75 diselenggarakan dengan parade militer ‘sombong’ sehingga memicu protes warga di ibu kota Kolombo, pada Sabtu (4/2/2023)

Peringatan hari kemerdekaan Sri Langka ini menandai 75 tahun negara yang tengah mengalami krisis ekonomi yang mengerikan ini terbebas dari pemerintahan kolonial Inggris.

Perayaan yang cukup megah di tengah kondisi ekonomi rakyat Sri Langka yang hancur dikutuk oleh banyak umat Buddha dan pendeta Kristen. Mereka memboikot acara yang diselenggarakan di Kolombo tersebut.

Sementara para aktivis menyatakan kemarahannya atas apa yang mereka anggap sebagai pemborosan uang dalam rangka perayaan kemerdekaan Sri Langka ke 75.

Terlepas dari kritik tersebut, pasukan bersenjata diarak di sepanjang esplanade utama di kota Kolombo. Negara itu memamerkan peralatan militer, kapal angkatan laut dan helikopter serta pesawat milik angkatan udara terbang di atas kota Kolombo.

Sri Lanka memperoleh kemerdekaan pada tahun 1948.

“Mengingat inflasi, mengingat meningkatnya biaya, mengingat cara mata uang lokal mendevaluasi … orang Sri Lanka biasa berjuang untuk memenuhi kebutuhan. Dan pada saat seperti ini ketika Anda memiliki perayaan yang didengar orang-orang dengan biaya ribuan dolar, mereka tidak senang,” ujar Minelle Fernandez dikutip dari Al Jazeera.

“Presiden sendiri beberapa bulan yang lalu memang mencatat tentang langkah-langkah penghematan, tentang perlunya mengencangkan sabuk kolektif negara untuk memastikan bahwa biaya diturunkan, dia memperingatkan jalan yang sulit di depan … tetapi pada saat yang sama, Anda menemukan dia mengatakan bahwa mereka harus merayakan Hari Kemerdekaan karena orang-orang sebaliknya akan berpikir bahwa negara itu bahkan tidak dapat melakukan itu,” tambah Fernandez, dilansir dari Kolombo.

Imam Katolik Cyril Gamini menyebut upacara peringatan Hari Kemerdekaan Sri Langka ke 75 ini adalah sebagai “kejahatan dan pemborosan”.

“Kami bertanya kepada pemerintah kemerdekaan apa yang akan mereka rayakan dengan bangga dengan menghabiskan sejumlah 200 juta rupee ($ 548.000),” kata Gamini.

Dia juga menambahkan, Gereja Katolik tidak membenarkan pengeluaran uang publik untuk perayaan tersebut dan bahwa tidak ada imam yang akan menghadiri upacara tersebut.

Sementara, Biksu Buddha terkemuka Omalpe Sobitha mengatakan tidak ada alasan untuk merayakan dan menggambarkan upacara itu hanya sebagai pameran senjata yang dibuat di negara lain.

Sekelompok aktivis memulai protes diam-diam sejak Jumat di ibu kota Kolombo. Mereka mengutuk perayaan kemerdekaan pemerintah dan kegagalan untuk meringankan beban ekonomi.

Sebuah video yang diposting di media sosial menunjukkan kelompok itu dikepung oleh polisi yang kemudian mencoba membubarkan kerumunan dengan menggunakan gas air mata.

 

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA